Logo

Fenomena Kawasan Industri dalam Lukisan Feri

Reporter:,Editor:

Senin, 20 January 2020 10:33 UTC

Fenomena Kawasan Industri dalam Lukisan Feri

SKETSA. Perupa Achmad Feri (paling kiri berkaos hitam-putih) dalam acara Live Sketch Model yang digelar di tengah pameran tunggalnya “SemangART” di Atrium Icon Mall Gresik, Sabtu 19 Januari 2020. Foto: ist

JATIMNET.COM, Gresik – Pelukis Achmad Feri menggelar pameran tunggal bertajuk “SemangART” di Atrium Icon Mall Gresik, 11-22 Januari 2020. Perupa asli Kota Pudak dan anggota Galeri Seni Rupa Gresik (Gasrug) itu menangkap fenomena kawasan industri dalam 21 karyanya.

Sebut saja dua karya di antaranya, berjudul “Peralihan” dan “Hati Senang Pikiran Terang”. Keduanya menggambarkan laju pertumbuhan industri yang pada akhirnya mengubah cara hidup manusia.

Peralihan, menurut dia, berkisah tentang proses pergantian tenaga manusia ke mesin. Betapa kini, kita melihat kecanggihan teknologi-yang terejawantah dalam ‘robot pintar” pada sistem produksi. “Tugas-tugas dikerjakan robot, karyawan tak dipakai lagi,” kata Feri, Sabtu 19 Januari 2020.

Lihat saja buktinya, ia melanjutkan, pemutusan hubungan kerja menimpa buruh dimana-mana.

BACA JUGA: Kenalkan Seni pada Anak-anak, Ki Puguh Tampilkan Wayang Spongebob

Sedangkan “Hati Senang Pikiran Terang”, yang hadir dalam lukisan bergambar Komedi Putar dan gajah-gajahan. Lukisan itu, kata dia, menggambarkan wahana hiburan. Penat di tempat kerja meningkatkan stres. Hingga akhirnya, sebagai manusia, para pekerja tetap butuh hiburan untuk melepas tekanan yang dialami.

SemangART sejatinya adalah bagian dari agenda Biennale Jawa Timur. Tahun ini, ajang seni dua tahunan itu merupakan yang kedelapan kalinya digelar.

KOMPLEKS. Salah satu lukisan Achmad Feri yang dipajang dalam pameran tunggal “SemangART” di Atrium Icon Mall Gresik, 11-22 Januari 2020. Foto: ist

Jatimnet.com mencatat, karya Feri lainnya dalam pameran itu. Di antaranya berjudul “Tiga Kepala Naga”, “Barong”, “Jaran Jinggo”, “Bagai Hidup Dalam Botol”, “Gadis Bali”, “Ekspression”, “Pendowo Limo”, “Don't Disturb”, “Asmat”, “Pengantin Sunat”, “Sang Penguasa”, “Perjuangan Seorang Ibu”, “Kaki di Kepala Kepala di Kaki”, dan “Wow”.

Ada pula kaligrafi berjudul “ “Innallaha Ma'asshobiriin” yang berukuran 2,37 x 2,37 meter. Serta ada pula yang berjudul “Labbaik Allahumma Labbaik”.

BACA JUGA: Melihat Pinisi dalam Pameran Tunggal Ariel Ramadhan Pelukis Berkebutuhan Khusus

Kurator Dwiki Nugroho mengatakan Feri jeli menangkap realitas kawasan industri dalam karyanya. Tak hanya jadi tema lukisan, tapi juga lewat teknis dan proses kreatifnya. Lukisan karya Feri dihasilkan dari sapuan cepat kuas. Itu, ekspresi kehidupan serba cepat dalam dunia industri.

Selain itu, ia melanjutkan, warna-warni dalam lukisan Feri adalah idiom kompleksitas persoalan. “Teknis yang ia gunakan sangat tepat dengan tema yang diusung,” katanya.

Ia berharap, dunia seni dan proses kreatif di Gresik terus tumbuh dan berkembang. Ia melihat banyak bibit perupa yang potensial dari salah satu kawasan industri di Jawa Timur itu.

Untuk menarik minat pada seni, digelar pula Live Sketch Model di tengah even pameran pada Sabtu akhir pekan lalu. “Acara seperti ini sebenarnya perlu digelar secara rutin,” kata Dwiki.