Logo

Euforia Wisata Masa Pandemi, Orang Tua dan Anak Kendor Prokes

Reporter:

Minggu, 24 October 2021 10:20 UTC

Euforia Wisata Masa Pandemi, Orang Tua dan Anak Kendor Prokes

WISATA DESA. Tempat wisata Yussar di Desa Kalidawir, Kec. Tanggulangin, Kab. Sidoarjo, yang menawarkan sensasi arena bermain anak dengan pemandangan gemerlap lampu dan wisata air. Foto: Ishomuddin

JATIMNET.COM, Sidoarjo – Pemerintah mulai melonggarkan pembatasan kegiatan usaha termasuk di bidang pariwisata meski status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih berlaku.

Sejumlah tempat wisata mulai dibuka di daerah-daerah. Masyarakat yang sebelumnya 'jenuh' dengan pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun mulai kendor menerapkan protokol kesehatan, termasuk di tempat wisata.  

Seperti yang terlihat di tempat wisata pemancingan dan taman bermain Yussar di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Wisata ini menawarkan beberapa jenis arena bermain anak, spot foto, kuliner, kolam pemancingan, dan sepeda air. Wisata setempat ramai dikunjungi terutama sejak sore hingga malam. Sebab, gemerlap lampu yang memantul di air jadi huburan tersendiri bagi pengunjung. 

Sayangnya, petugas kadang membiarkan pengunjung yang tak bermasker. Selain itu, saat pengunjung masuk dan bermain di dalam kawasan wisata, banyak pengunjung mencopot maskernya terutama anak-anak ketika mereka bermain.

Tarif masuk ke lokasi wisata ini tergolong murah yakni hanya Rp8.000 dan Rp10 ribu pada akhir pekan. Sedangkan untuk masuk atau menikmati arena bermain di dalamnya rata-rata membayar tiket seharga Rp10 ribu.

BACA JUGA: Instansi Gabungan di Gresik Pantau Prokes Tempat Permainan Anak

Selain kendor pemakaian masker, petugas juga tidak mengecek suhu badan pengunjung dan tak mewajibkan pengunjung mencuci tangan atau disemprot dengan hand sanitizer. Bilik untuk penyemprotan disinfektan bagi pengunjung juga tak disediakan.

Selain lemah dalam penerapan prokes, akses jalan ke lokasi wisata juga kurang memadai terutama dari arah jalan kampung atau lahan pemukiman yang dijadikan lokasi parkir alternatif oleh warga ketika pengunjung melonjak.

Pengunjung harus menyeberang atau melewati jembatan pintu air yang kurang memadai. Bahkan, beberapa ruas jembatan hanya disangga dengan kayu dan pagar bambu sehingga bisa membahayakan pengunjung yang menyeberang.

“Terus terang saya agak kecewa, karena pengelola tidak disiplin mengingatkan semua pengunjung agar tetap mengenakan masker,” kata salah satu pengunjung asal Pasuruan, Udin, Minggu malam, 24 Oktober 2021.

Menurutnya, pengelola wisata dan pemerintah desa atau kecamatan setempat seharusnya tidak kendor dan tegas pada aturan penerapan prokes terutama di kerumunan tempat wisata. “Harusnya Satgas di tingkat desa dan kecamatan terus memantau dan mengingatkan,” katanya.

BACA JUGA: Taman Kota di Surabaya Dibuka Bertahap, Durasi Kunjungan Dibatasi

Namun ia mengapresiasi upaya pengelola dan para pemuda kelompok sadar wisata yang berusaha keras mengubah lokasi rawa-rawan dan tambak menjadi lokasi wisata yang lebih menguntungkan dan bisa jadi lokasi wisata pendidikan.

Pantauan Jatimnet.com di lokasi, banyak pengunjung terutama anak-anak tak mengenakan masker saat bermain di arena miniatur bangunan bergelembung udara. Para orang tua yang menunggu anak-anak juga tak menjaga jarak.

Sementara itu, akses jalan menuju lokasi parkir alternatif yang dibuka oleh warga kurang memadai karena lebar jalan kampung yang sempit dan berada di bantaran sungai. Tarif parkir yang dikenakan juga cukup mahal yakni Rp10 ribu untuk mobil. “Kalau sore atau malam biasanya ramai, terutama Sabtu dan Minggu,” kata salah satu warga.