Logo

Ekspor Ikan Maluku Utara Naik Signifikan

Reporter:

Minggu, 24 February 2019 07:42 UTC

Ekspor Ikan Maluku Utara Naik Signifikan

no image available

JATIMNET.COM, Ternate – Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kota Ternate, Maluku Utara mencatat pertumbuhan ekspor perikanan meningkat di lima negara tujuan ekspor.

Kepala BKIPM Kota Ternate, Abdul Kadir mengatakan untuk nilai ekspor produk ikan non hidup tahun 2017 mencapai Rp 3,1 miliar. Angka tersebut melonjak hingga mencapai Rp 18,5 miliar pada tahun 2018.

Hasil perikanan ini diekspor ke Singapura, Vietnam, Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat. Jenis ikan yang diekspor ke lima negara tersebut antara lain ikan tuna mencapai 26.000 kg, frozen yellowfin tuna 72.362 kg, jenis cakalang, tongkol dan kembung mencapai 61.480 kg.

BACA JUGA: Kulon Progo Targetkan Produksi Ikan Tangkap 2.673 Ton

Abdul Kadir mengatakan, untuk negara tujuan ekspor tertinggi adalah Vietnam sebesar 286.485 kg, disusul Jepang 89.000 kg, dan Amerika Serikat 26.000 kg.

“Kami mememiliki kewenangan untuk membuat sertifikasi hasil perikanan yang akan di ekspor ke berbagai negara, sehingga nantinya Malut harus memiliki industri perikanan yang bermutu ekspor,” katanya.

Untuk mendukung pengembangan ekspor perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku Utara akan membangun sentra produksi perikanan untuk menjadikan Kota Sofifi sebagai pusat pengembangan industri perikanan.

Menurut Kepala Dinas DKP Malut Buyung Radiloen, pihaknya akan membangun konektivitas di antara pusat-pusat produksi perikanan berbagai kabupaten/kota bisa tertampung di Sofifi. Selanjutnya, akan dilakukan ekspor komoditi hasil perikanan nelayan.

BACA JUGA: Pulau Kisar Maluku Dihuni Sejak 15 Ribu Tahun Lalu

Enam daerah itu adalah Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Halmahera Utara, Halmahera Selatan, dan Kota Tidore Kepulauan.

Buyung mengatakan, Pemprov Malut saat ini telah menyiapkan rencana induk pembangunan sentral industri perikanan di Sofifi untuk dapat menampung hasil laut tersebut.

“DKP Malut cenderung mendorong Sofifi sebagai kawasan pengembangan industri perikanan. Sementara Morotai tetap sebagai pintu keluar produksi hasil perikanan,” ujarnya.

Menurutnya Malut memiliki luas laut yang cukup besar. Namun yang menjadi kendala adalah membangun konektivitas antara kabupaten dan kota di Provinsi yang kaya dengan hasil laut itu. (ant)