Selasa, 19 November 2019 10:04 UTC
Ecoton saat menggelar demo di depan Gedung Negara Grahadi, meminta Pemprov Jatim menolak importasi sampah plastik lantaran membahayakan lingkungan sekitar, Selasa 19 November 2019. Foto: Baehaqi Almutoif.
JATIMNET.COM, Surabaya – Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menyebut penelitian tentang telur ayam di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo dan di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Mojokerto bukan bertujuan menyatakan telur di Jatim berbahaya.
Penelitian yang dirilis International Pollutants Elimination Network (IPEN) terkait kandungan dioksin pada telur ayam untuk membuktikan dampak dari impor sampah plastik.
Praktik dumping atau jual beli sampah plastik oleh pabrik kertas dinilai lebih berbahaya terhadap masyarakat. Sebab di dalamnya terdapat rantai makanan yang terdampak dari sampah plastik.
“Ada sampah plastik dan dampak impor plastik yang didapatkan masyarakat dari pabrik kertas. Jadi di sini ada banyak pelanggaran hukum yang terkesan ada pembiaran dari pemerintah," ujar peneliti Ecoton, Daru Satyorini, Selasa 19 November 2019.
BACA JUGA: Sampah Plastik Sebabkan Bahan Kimia Beracun Ada di Dua Desa di Jatim
Menurut Daru hasil penelitian IPEN membuktikan kandungan dioksin di telur sangat tinggi, yakni sebesar 200 piko gram per gram lemak. Angka itu melebihi standar yang ditetapkan Badan POM sekitar 0,5 piko gram per gram lemak.
Kandungan dioksin berlebih ini bisa membawa efek kurang baik bagi kesehatan. Di antaranya menganggu tumbuh kembang anak, terganggunya hormon atau mandul, dan anak terlahir cacat.
“Pemerintah harus segera menghentikan aktivitas jual-beli sampah impor bekas pabrik kertas kepada masyarakat, Peraturan Menteri Perdagangan sebetulnya sudah melarang,” tegas Daru.

Peneliti Ecoton, Daru Satyorini. Foto: Baehaqi Almutoif.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arsandi mendesak agar sampah plastik impor yang masuk ke Indonesia segera dihentikan. Sebab, sumber adanya pencemaran lingkungan termasuk ayam dan telur mengandung dioksin karena impor sampah plastik.
“Jatim memang tidak ada kewenangannya. Tapi untuk locusnya, Khofifah harus di garda terdepan. Jatim bukan tempat sampah, dia harus marah ke Kemeterian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” Prigi menjelaskan.
Pihaknya mengingatkan ada 22 industri kertas di Jawa Timur yang setiap tahunnya membutuhkan 1,7 juta ton sampah impor. Dari angka itu, 40 persennya adalah campuran plastik. “Itu ilegal sebenarnya,” ungkapnya.
BACA JUGA: Musim Hujan, Sejumlah Sungai di Mojokerto Dipenuhi Sampah Popok
Sekadar diketahui, lembaga IPEN yang terdiri dari Ecoton, Nexus3 dan Arnika mengeluarkan laporan penelitiannya. Sampel yang diambil adalah 12 telur, tiga dari Desa Tropodo, Krian, Sidoarjo; tiga telur Desa Bangun, Mojokerto; dan enam lainnya dari supermarket.
Hasilnya telur dari dua desa di dua kabupaten tersebut mengandung dioksin berlebih. Kandungan itu berasal dari ayam kampung di sekitar yang mematuk makanan dari tanah dan debu-debu di sekitarnya.
Hal ini menjadikan ayam sebagai sampel aktif dari keberadaan kimia-kimia dalam tanah. Sebagian besar zat kimiawi ini dikenal sebagai polutan organik yang persisten larut dalam lemak dan berakumulasi dalam telur. Telur tersebut diindikasikan memiliki kandungan lipid signifikan.