Logo

Di Tengah Pandemi Covid-19, Tiga Wanita Muda Hasilkan Wooden Craft Bernilai Jual dan Seni

Reporter:,Editor:

Minggu, 15 November 2020 01:00 UTC

Di Tengah Pandemi Covid-19, Tiga Wanita Muda Hasilkan <em>Wooden Craft</em> Bernilai Jual dan Seni

INSPIRATIF ANAK MUDA: Aprilia Hermianti atau dikenal Apeng (23) saat mensoldier hasil sketsa Amalia Winda (22) pada Wooden Book Classic Cover (buku harian kayu). Foto : Karin

JATIMNET.COM, Mojokerto - Tiga wanita muda hasilkan karya Handmade Wooden Craft bernilai jual dan seni dari bahan limbah kayu di tengah keterpurukan pandemi Covid-19.

Mereka adalah Amalia Winda (22) mahasiswi jurusan Pendidikan Seni Rupa Unesa Surabaya, Aprilia Hermianti (23) Jurusan Seni Kriya ISI Surakarta, dan Diah Fatma (27) alumni Jurusan Pendidikan Seni Rupa Unesa Surabaya.

Berawal dari kesamaan latarbelakang jurusan seni itulah, ketiganya melakukan inisiatif untuk mengolah kiloan limbah kayu selama pandemi Covid - 19 menjadi belasan kerajinan yang mempunyai nilai seni dan berdaya jual.

Yakni, gantungan kunci, Phone Holder, Stand Wood Earphone Holder, vas bunga kayu, box cincin, Stand Wood Ipad, Stand Wood laptop, hingga Wooden Book Classic Cover.

BACA JUGA: Manfaatkan Kulit Mangga, Mahasiswa Raih Emas di Korea

"Jadi itu ada tiga anggota saya, Winda dan Mbak Diah di sini kami latar belakang kuliah seni. Terus kita berpikir bagaimana produk-produk kayu ini bisa diolah," ungkap Aprilia Hermianti (23), Rabu, 11 November 2020.

Ketiganya memperoleh limbah kayu hanya dengan harga Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu per ikat, dan disimpan di area belakang rumah salah satu tim produksi.

"Bahan-bahan limbah kayunya seperti kayu pinus, kayu mahoni, kayu jati dan kayu kopi," kata Apeng sapaan akrabnya Aprilia yang masih proses pembuatan skripsi yang tertunda karena adanya Covid - 19.

Sementara ruang di lantai dua disulap menjadi bengkel produksi yang dipenuhi peralatan pertukangan yang lazimnya digunakan kaum pria. Seperti, meteran atau roll meter, pahat, palu (besi, kayu, karet), gergaji (gergaji potong dan belah), alat pengukur sudut, penggaris, pensil, mesin bor, alat serut kayu, dan juga alat pertukangan modern lainnya.

BACA JUGA: Ternak Ayam Kampung, Peluang Usaha Menjanjikan di Tengah Pandemi

Puluhan peralatan inilah yang digunakan tangan-tangan trampil wanita muda ini mengolah limbah kayu menjadi produk kayu yang bernilai tinggi.

"Kayu bekas dipilih sesuai dengan materi yang akan kami buat sesuai pesanan customer. Contoh pesanan diary kayu atau Wooden Book Classic Cover, kita ukur dulu, kemudian dipotong, dan diamplas terlebih dahulu agar hasilnya halus," paparnya sembari menunjukkan bahan kayu yang siap di tulisi menggunakan soldier nama pemesan diary.

Untuk menghasilkan produk kayu tersebut, ketiganya turun langsung dalam setiap proses pembuatan. Mulai dari pemilihan bahan kayu, pengukuran dan pemotongan, pengamplasan, pengepresan kayu, pembuatan sketsa, penyoldieran, pemflituran, hingga finishing packkaging.

Untuk mengenai sketsa dikerjakan Amalia Winda dan Diah Fatma, karena mereka berdua di jurusan yang sama yakni Pendidikan Seni Rupa Unesa Surabaya. "Saya lebih detail dibagian sketsanya, kalau Apeng dia jurisan Seni Kriya. Jadi untuk pensoldieran dikerjakan Apeng," imbuh Winda sambil mengerjakan sketsa pesanan customer.

BACA JUGA: Di Tengah Pandemi, Emak-Emak di Mojokerto Daun Kelor Sulap Jadi Olahan Menarik

Winda yang saat ini masih menunggu yudisium menyebutkan, jika dirinya dan kedua temannya berusaha memasarkan produk handycraft ini melalui online atau media sosial. Sehingga pesanan yang masuk hingga saat ini mencapai 40 keping diary kayu, dengan omzet setiap bulan mencapai Rp 3 juta di tengah pandemi Covid-19.

Pemesanan sendiri, akunya, tak hanya dari Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Malang, atau kota-kota besar, melainkan juga luar pulau Jawa seperti Riau, Sulawesi, dan Kalimantan.

"Alhamdulillah sampai saat ini pengerjaan lancar, untuk diary inden tiga hari selesai. Harga jual hasil karya kami mulai dari gantungan kunci sepuluh ribu hingga Rp 750 ribu untuk hiasan dinding. Kalau diary kayu sendiri dibandrol dengan harga Rp 85 ribu saja lengkap dengan 40 lembar kertas," ia memaparkan.