Logo

Di Harlah ke-93 NU, Jokowi Singgung Revolusi Industri

Reporter:

Jumat, 01 February 2019 03:23 UTC

Di Harlah ke-93 NU, Jokowi Singgung Revolusi Industri

Peringatan hari lahir ke-93 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Kamis 31 Januari 2019. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

JATIMNET.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo menghadiri resepsi peringatan hari lahir ke-93 Nahdlatul Ulama (NU) di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Kamis 31 Januari 2019.

Pada acara yang mengambil tema "Konsolidasi Jelang Satu Abad", Jokowi sempat menyinggung soal revolusi industri di dalam sambutannya. Ia mengingatkan bahwa dunia berkembang cepat dengan segala perubahan di berbagai sektor kehidupan ditambah dengan hadirnya revolusi industri keempat yang perubahannya dikatakan tiga ribu kali lebih cepat.

"Kita melihat memang perubahan-perubahan sekarang ini begitu cepat. Lanskap ekonomi global berubah, lanskap politik global juga berubah, lanskap sosial global juga berubah," kata Presiden Jokowi yang mengenakan batik lengan panjang dan peci hitam.

BACA JUGA: Permintaan Jokowi Terhadap Militer di Era Revolusi Industri 4.0

Ia mengatakan perubahan-perubahan tersebut memang tak bisa dibendung dan harus direspons untuk dapat mengambil manfaatnya, termasuk perkembangan media sosial.

Namun, di tengah perkembangan itu, ia mengingatkan akan dampak positif maupun negatifnya. "Media sosial yang sangat terbuka banyak memberikan manfaat, tetapi juga banyak mudaratnya. Kita lihat akhir-akhir ini di sosial media saling hina, saling mencela, saling ejek, dan saling fitnah semakin menjadi-jadi," ucapnya dalam siaran pers yang diterima Jatimnet.com.

Menurutnya, aktivitas ujaran kebencian dan saling fitnah yang terjadi di media sosial itu disebabkan karena lunturnya kesadaran akan nilai-nilai keagamaan dan etika yang ada.

BACA JUGA: Begini Cerita Jokowi Mendadak Tinjau Bangunan Rusak di Bekasi

Kepala Negara khawatir hal tersebut dapat menghilangkan karakter asli bangsa Indonesia yang rukun di tengah perbedaan.

"Saya menitipkan (hal itu) karena saya meyakini NU lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus komitmen kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi," imbuhnya.

Presiden menegaskan, perbedaan-perbedaan itu tak lain merupakan ciri khas yang dimiliki bangsa Indonesia dan tak dimiliki oleh bangsa lainnya. Hal itulah yang mesti selalu dijaga oleh segenap bangsa Indonesia.

"Negara kita ini berbeda dengan negara-negara lain. Keberagaman, perbedaan-perbedaan, dan warna-warni negara kita ini betul-betul telah menjadi sunatullah, menjadi hukum Allah, yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Inilah yang terus harus kita jaga," ucap Presiden.