Logo

Di Balik Pengalaman Penyelenggara Pemilu di Jember Sembuh dari Covid-19

Pakai Tiktok dan Makan Sehat
Reporter:,Editor:

Sabtu, 31 October 2020 02:30 UTC

Di Balik Pengalaman Penyelenggara Pemilu di Jember Sembuh dari Covid-19

Ilustrasi Penyelenggara Pilkada Serentak. Ilustrator: Gilang

JATIMNET.COM, Jember - Perasaan was-was dan stigma menjadi momok yang kerap dirasakan oleh mereka yang terpapar Covid-19. Seperti itu pula yang dirasakan oleh Nurul Hidayah, penyintas Covid-19 asal Jember. 

Ibu rumah tangga yang kini disibukkan sebagai anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Karangduren, Kecamatan Balung, Jember ini sempat dinyatakan positif terpapar Covid-19 sekitar 2 bulan yang lalu.

“Saya termasuk kelompok yang sehat dan tidak merasakan gejala apa-apa. Tetapi saya dinyatakan positif setelah ada rekan saya yang positif Covid berdasarkan hasil tes swab,” ujar perempuan yang akrab disapa Roro ini mengawali perbincangannya dengan Jatimnet.com pada Jumat 30 Oktober 2020.

Sebagai pasien yang tidak merasakan gejala sakit, Roro termasuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). Kebetulan saat itu, ada salah satu petugas penyelenggara pemilu yang dinyatakan positif Covid-19, dan Roro termasuk yang pernah melakukan kontak dengan orang tersebut. “Saya sempat bersalaman dengan dia,” kata Roro.

BACA JUGA: Kokedama, Tren Tanaman Hias di Era Pandemi, Pantang Menyerah Hadapi Resesi

Dari klaster tersebut, total ada 16 petugas penyelenggara pemilu, termasuk Roro yang positif Covid, dan semuanya masuk kategori OTG. Karena itu, mereka semua harus menjalani isolasi secara terpencar di 3 rumah sakit yang ada di Jember. Roro bersama 4 rekannya menjalani isolasi di RS Balung sekitar 14 hari.

“Lama masa isolasi berbeda-beda, tergantung keluarnya hasil Swab. Kita yang ada di RS Balung, isolasi 14 hari. Lalu 4 teman saya isolasi di Rumah Sakit Jember Klinik hanya 4 hari. Kemudian 7 orang lain isolasi di RSD dr Soebandi selama 8 hari,” ujar Roro.

Pengalaman isolasi 14 hari dirasakan sebagai momen yang cukup berat dalam hidupnya. Perasaan was-was dan takut kerap menghantui. Apalagi ia juga dibatasi tidak boleh mengadakan kontak langsung dengan suami dan dua buah hatinya. 

“Yang paling menyedihkan karena saya tidak bisa bertemu dengan anak-anak dan suami. Benar-benar down. Kita komunikasi lewat video call di handphone saja,” tutur Roro.

BACA JUGA: Tutup 2 Hari, 19 Pegawai PN Jember Covid-19

Namun ujian yang paling berat dirasakan adalah stigma yang didapat Roro dan keluarganya akibat status sebagai pasien Covid-19. Roro dan 15 orang rekannya membuat Whatsapp Group (WAG) untuk berbagi cerita dan saling menguatkan.

“Ada anak-anak kami yang kemudian dikucilkan oleh tetangga. Teman-temannya tidak boleh mendekat dan bermain dengan anak-anak kami. Tetapi ada juga tetangga yang tidak paranoid, justru memberi dukungan dengan memberi uang jajan dan sesuatu kepada anak-anak kami yang sedang bermain,” Roro menerangkan.

Selama 14 hari menjalani masa isolasi, Roro banyak mengkonsumsi makanan sehat seperti buah, vitamin dan susu. Selain itu, ia juga berolahraga, meski hanya di dalam kamar tertutup. Untuk mengatasi kejenuhan, Roro mengisinya dengan hal unik: bermain tik-tok.

“Orang mungkin melihat saya justru senang-senang selama isolasi karena bermain tik-tok. Padahal ada pesan khusus yang ingin saya sampaikan. Saya ingin bilang kepada masyarakat, jangan jauhi atau kucilkan karena Covid. Karena saya toh, sehat-sehat saja selama masa isolasi,” tutur Roro.

BACA JUGA: Berkah Pandemi (1): Ngaji Daring di Pesantren Jangkau Lebih Luas Masyarakat

Selain banyak berdoa dan beribadah, selama masa isolasi itu, Roro banyak mendapat dukungan moral dari rekan-rekannya sesama penyelenggara pemilu. Meski dukungan itu hanya sebatas secara virtual, karena tidak boleh bertemu langsung.

Setelah isolasi selama 14 hari, hasil Swab keluar dan menyatakan Roro sehat bersama seluruh rekan-rekannya. Perasaan gembira dan syukur ia luapkan dengan menggelar tasyakuran di rumahnya. “Saya sembuh itu juga tidak boleh dijemput. Harus diantar ambulan sampai rumah,” Roro menerangkan.

Begitu sembuh, Roro langsung kembali beraktivitas sebagai penyelenggara pemilu. Terlebih, Pilkada Jember yang akan digelar 9 Desember 2020 mendatang sudah kian dekat. “Suami sempat meminta saya berhenti dari anggota PPS, tetapi saya berpikir untuk tetap lanjut. Karena ingin tambah pengalaman,” tutur Roro.

Berkaca dari pengalamannya itu, Roro berharap agar masyarakat tidak memberikan stigma atau pengucilan kepada mereka yang terpapar Covid-19. “Kita memang harus jaga kesehatan, tetapi tolong jangan dijauhi kita. Yang perlu kita lakukan, adalah jaga kondisi, jaga jarak, rajin cuci tangan dan disiplin gunakan masker,” pungkas Roro.