Senin, 07 November 2022 23:00 UTC
Gubernur Jawa Timur Khofifah meninjau peternakan sapi. Foto. Kominfo Provinsi Jawa Timur
JATIMNET.COM, Surabaya – Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mulai mewaspadai penyakit Lumpy Skin Desease (LSD) yang dapat menyerang hewan ternak. Ini seiring ditemukannya penyakit itu di Kendal, Jawa Tengah sejak dua pekan lalu.
“Maka, kita harus segera melakukan langkah-langkah antisipatif dan membangun kewaspadaan jangan sampai LSD masuk Jatim,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dikutip dari laman resmi Diskominfo Provinsi Jatim, Selasa, 8 November 2022.
LSD merupakan jenis penyakit baru karena serangan virus pox yang menyerang hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan jenis ruminasia liar lainnya. Serangan pertama pada sapi terjadi di Provinsi Riau pada Februari lalu.
Sebagai langah antisipasi, Khofifah memita para kepala daerah untuk mengambil tindakan kongkrit. Salah satunya mempercepat vaksinasi LSD pada sapi perah maupun sapi potong. “Belajar dari penyakit Mulut dan Kuku (PMK), sebaiknya sapi di Jatim segera divaksin,” ujar mantan Menteri Sosial ini.
Baca Juga : Tinjau Wabah PMK di Mojokerto, Khofifah Minta Isolasi Hewan Ternak
Adapun penyebaran LSD, ia melanjutkan, melalui vektor yang terdiri dari nyamuk, lalat penghisap darah, dan juga capak. Kemudian, dampak yang ditimbulkan timbul nodul 1-7 sentimeter yang biasa ditemukan pada leher, kepala, ekor. Pada kasus berat, nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh.
Munculnya nodul ini, biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif. Sedangkan tanda klinisnya, yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis serta dapat terjadi oedema pada kaki.
Selain itu, LSD juga dapat menyebabkan abortus, penuruanan produksi susu pada sapi perah, inferilitas dan demam berkepanjangan hingga mengenai daging sapi. “Informasi yang kami dapat, penyakit LSD ini cepat sekali menular dari kandag hewan sapi, dibandingkan dengan sapi lepas atau extensi,” ujar gubernur.
Baca Juga : 1081 Ekor Sapi Mati Akibat PMK, Dispertahankan Ponorogo Usulkan Ganti Rugi Rp 10 Juta
Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, Khofifah menegaskan, LSD berpotensi menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan sapi antara lain kehilangan berat badan karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.
“Kalau sapi sudah terinfeksi LSd, maka akan kehilangan nafsu makan sehingga dagignya menurun dan susunya tidak bisa diproduksi lagi,” tuturnya.