Logo

BKSDA Maluku Selamatkan Ribuan Satwa Dilindungi

Reporter:

Kamis, 31 January 2019 07:17 UTC

BKSDA Maluku Selamatkan Ribuan Satwa Dilindungi

Ilustrator: GIlas Audi

JATIMNET.COM, Ambon – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku menyelamatkan sebanyak 1.402 ekor satwa sepanjang Januari hingga Desember 2018.

Kepala BKSDA Maluku Muhktar Amin Ahmadi menyatakan satwa yang diselamatkan terdiri atas 1.177 ekor jenis burung, 156 ekor Kepiting Kenari (Birgus latro), 32 ekor Monyet Hitam/Yaki (Macaca Nigra) dan 20 Kura-kura air tawar (Freswater Terrapins).

Terdapat pula enam ekor buaya muara (Crocodylus Porosus), enam ekor penyu, tiga ekor ular sanca batik (Phyton Reticulatus), seekor monyet ekor panjang (Macaca Fascicukaris) dan seekor ikan paus sperma (Physter Macrocephalus).

BACA JUGA: BKSDA Dan Kejari Jember Periksa Ratusan Burung Langka

Selain satwa hidup turut diamankan pula bagian-bagian satwa seperti kulit buaya muara, telur burung gosong (Eulipoa, sp) dan tanduk rusa (Cervus Timorensis). Beberapa jenis tumbuhan juga diamankan diantaranya 29 opsetan cendrawasih, tujuh opsetan tanduk rusa, lima telur burung gosong, empat akar bahar, tiga rumpun anggrek.

“Kami juga mengamankan masing-masing seekor alap-alap coklat, junai mas, elang bondol, elang laut perut putih, burung kasuari, monyet ekor panjang, penyu hijau, penyu belimbing, ikan paus sperma, dan walik,” jelasnya.

Ia menjelaskan, penanganan barang bukti hasil tangkapan dan penyerahan dari masyarakat tersebut dilakukan melalui kegiatan pelepasliaran sebelas kali. Jumlah burung yang dilepaskan sebanyak 596 ekor, seekor buaya, tiga ekor ular dan seekor penyu.

Sedangkan untuk satwa yang belum bisa dilepasliarkan dilakukan tindakan karantina di kandang transit Passo, kandang transit Kantor SKW I Ternate, kandang transit resort Bacan dan kandang transit resort Dobo dengan jumlah total satwa 254 ekor.

BACA JUGA: BKSDA Jatim Kembalikan Burung Endemik Ke Kalimantan

Satwa yang dikarantina untuk dilakukan observasi tindakan penyelamatan satwa selanjutnya (animal disposal). Satwa tersebut akan dilepasliarkan apabila kondisinya memungkinkan, serta dilakukan tindakan rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) Masihulan.

“Kami juga menemukan 327 ekor satwa mati di dalam kandang transit dan rehabilitasi,” lanjutnya.

Penyebab utama tingginya kematian pada satwa adalah tingkat stress. Hal ini bisa juga disebabkan akibat penangkapan dan pengangkutan pemburu dan jaringannya yang tidak memperhatikan kesejahteraan satwa (Animal Welfare).

Pihaknya juga tengah melakukan empat kali pemusnahan barang bukti berupa bagian satwa yang dianggap sudah tidak bermanfaat lagi (ant)