Kamis, 08 August 2019 11:37 UTC
Tardigrades. Foto: The Guardian
JATIMNET.COM, Surabaya – Pesawat tak berawak milik perusahaan swasta asal Israel Beresheet mendarat di Bulan dan sempat hilang kontak pada April, setelah berhasil pulang dengan sendirinya. Beresheet pulang membawa penumpang tak lazim, ribuan tardigrades, binatang yang paling tangguh di Bumi.
Organisasi di balik bepergiannya tardigrade, Arch Mission Foundation, yang bermarkas di Amerika Serikat, dengan misi mencari planet pengganti Bumi, mengatakan jika organisme itu mungkin saja selamat dari tabrakan.
“Pengeluaran kami mungkin jadi satu-satunya yang selamat dari misi itu,” kata Nova Spivack, pendiri organisasi, pada majalah Wired, dikutip dari The Guardian, Kamis 8 Agustus 2019.
Tardigrades telah membuat ilmuwan kagum karena sejak ditemukan di abad 18 oleh zoologi dan pastur asal Jerman Johann August Ephraim Goeze.
BACA JUGA: Cincin Saturnus Diperkirakan Terbentuk Pada Zaman Dinosaurus
Binatang dengan ukuran milimeter itu, kadang juga dikenal sebagai babi atau beruang air karena kegemarannya menyantap makanan, menyerupai belatung berkaki delapan dengan wajah menyerupai sfingter.
Namun, nama mereka bukan didapat karena bentuknya. Tardigrades dipertimbangkan sebagai binatang yang terkuat di bumi. Mereka ditemukan di puncak gunung, di gurun, dan di danau di Antartika.
Dalam bukunya, The Hidden Power of Animals, dr Karl Shuker mengklaim jika binatang ini selamat dari dinginnya helium atau panas hingga 149 derajat celsius.
Rahasia kehebatan tardigrade adalah kemampuannya untuk menyusut menyerupai biji, mengeluarkan hampir seluruh air di badannya dan mengubah metabolismenya.
BACA JUGA: Akan Mendarat di Bulan 2024, Bezos Perkenalkan Replika Pesawatnya
Dalam kondisi seperti ini, binatang ini dapat selamat dalam kondisi yang mungkin berdampak fatal bagi binatang lain.
Tahun 2007, ilmuwan mengungkap bahwa tardigrades yang tidak aktif sangat tangguh sehingga mereka bisa selamat dari radiasi tingkat tinggi dan kondisi vakum saat bepergian di ruang angkasa.
Sehingga, hal ini membawa kemungkinan adanya kehidupan di Bulan. Lukasz Kaczmarek, ahli tardigrades dan astrobiologis di Universitas Adam Mickiewicz di Poznan, mengatakan, binatang ini mungkin selamat dari kecelakaan itu.
“Tardigrades bisa selamat dari tekanan yang bisa disamakan dengan hantaman jika asteroid menabrak Bumi, jadi kecelakaan kecil seperti ini bukan masalah bagi mereka,” katanya. Binatang ini bahkan bisa selamat hidup di Bulan selama tahunan.
BACA JUGA: NASA Coba Tanam Cabai di Antariksa
Tardigrades yang dehidrasi selama bertahun-tahun bisa hidup lagi setelah masuk ke dalam air. Sekali diredehidrasi, binatang ini aktif lagi dan makan serta bereproduksi secara normal.
Meskipun, kemungkinan itu kecil bisa terjadi di luar angkasa. “Mereka tak bisa menguasai Bulan karena tidak ada cukup atmosfer dan air,” kata Kaczmarek. “Namun mereka bisa bangkit lagi jika terbawa ke Bumi dan terkena air,”.
Kazmarek menyelidiki apakah proses menua juga berhenti di kelompok tardigrade, melalui model tidur cantik. Ia mengatakan jika tardigrades yang memasuki mode diam dalam usia satu bulan, muncul dalam bentuk biologis yang sama ketika bangun satu dekadek berikutnya.
“Itu sangat menakjubkan,” katanya.
BACA JUGA: Begini Penampakan Lubang Hitam Pertama Kali di Dunia
“Di masa depan mungkin kami bisa menggunakan ini jika berencana melakukan misi ke planet berbeda, karena kami butuh muda lagi ketika tiba di planet itu,” katanya.
Philiipie Reekie, astrobiologis dan mahasiswa PhD di Universitas Edinburg setuju jika tidak ada alasan bagi tardigrades untuk mati di Bulan. “Saya membayangkan mereka akan bertahan beberapa waktu,” katanya. “Masalah utama dengan Bulan adalah kondisi yang hampa dan radiasi yang tinggi, namun tardigrades terbukti bisa hidup di kondisi itu,” katanya.
Karena Bulan dianggap sebagai daerah yang tak memiliki kehidupan, kantor NASA tidak memiliki misi menaruh organisme Bumi di Bulan.
Namun, astronot Apollo meninggalkan mikroba mereka dalam 96 kantong sampah manusia yang menunggu pembersih sampah masa depan mendarat di Bulan. Jika saja pesawat luar angkasa itu menumpahkan muatan yang hidup di Mars, mungkin kisahnya akan berbeda.