Kamis, 16 March 2023 08:20 UTC
no image available
JATIMNET.COM, Mojokerto - Berawal dari kegigihannya, hasil karyanya disebut helm abal-abal seorang warga di Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, berhasil mendapatkan SNI dan ISO 9001.2.2015 dalam memproduksi helm.
Sutiyono sendiri mengaku, sejak mendapat lisensi yang menjadi syarat SNI dan ISO 9001.2.2015, usahanya pun kian melejit. Sehari mampu 100 pcs memproduksi helm dengan mempekerjakan 12 orang.
Sutiyono pun menjelaskan, di Indonesia ada dua wilayah mayoritas pembuatan helm. Yakni, Tangerang yang terkenal dengan helm berkualitas premium, dan Mojokerto.
"Ada perbedaan yang sangat signifikan, itulah yang membuat hati saya tergerak untuk mengurus SNI. Kenapa? Tangerang dikenal helm premium dan kelasnya di akui, sementara Mojokerto terkenal abal-abal," katanya. Kamis 16 Maret 2023 siang.
Ia pun mulai mempersiapkan segala sesuatu sejak Juli 2022, termasuk ornamen-ornamen pengadaan batok, dalaman helm, tali atau busbar, kancing helm, hingga alat uji kekuatan batok helm dari benturan dan benda runcing.
"Helm mulai dari awal produksinya pada Juli tahun (2022) kemarin, prepare lah sebelum SNI keluar di tahun 2023 dengan mengajukan merk sendiri. Yaitu SYT, barulah pengajuan ISO 9001.2.2015 yang mengatakan mutu dan kwalitas manajemen," ujarnya.
Kini, kelengkapan SNI dan ISO 9001.2.2015 sudah dikantongi pihaknya. Alhasil, gudang yang berada di Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto mulai berproduksi secara masal di awal bulan Februari 2023 lalu.
Sebanyak 12 pekerja pun terlihat memproduksi helm kekinian itu. Mulai dari uji kekuatan batok secara acak menggunakan alat berbahan besi dengan ketajaman khusus, untuk mengetahui kwalitas batok. Sebelum dirapikan dengan diamplas menggunakan mesin.
Usai diuji dan diamplas, batok-batok helm itu dilakukan painting hingga drying yang memakan waktu sekitar satu jam untuk satu unit. Barulah pemasangan stiker merk menggunakan pernis, dan nantinya akan di bawa ke bagian pemasangan kancing roripet dan busbar.
Tahapan finishing pun dilakukan dengan rangkaian perakitan dalaman helm, uji tali secara random menggunakan alat uji khusus, penempelan stiker QC (kualitas kontrol), dan terakhir paling ke dalam tas helm sebelum dilakukan pengiriman menggunakan kardus.
"Mulai dari tahap awal pemilihan batok sudah kami uji sesuai SNI, sampai dengan tahap akhir tidak lepas dari uji kekuatan. Sebelum packaging dan dikirim, tentunya kwalitas kami bisa bersaing," imbuhnya.
Sejak awal Februari 2023, produksi helm ber SNI dengan Merk STY dalam gudang berukuran 14x60 meter ini mencapai 100 pcs per harinya. Dengan jangkauan pasar mulai dari Kota/Kabupaten Mojokerto, Nganjuk, Gresik, Probolinggo, Solo, DIY Jogja, hingga Makasar secara offline.
Untuk satu helm jenis open face ber SNI, kustomer cukup merogoh kocek Rp 110.000 sampai Rp 125.000 saja. "Kita juga melayani ecer yang sesuai dengan harga pasaran tadi," pungkasnya.