Logo

Banyak Warga Menghilang saat Rapid Test Covid, Petugas Lakukan Strategi Ini

Reporter:,Editor:

Senin, 25 May 2020 01:00 UTC

Banyak Warga Menghilang saat Rapid Test Covid, Petugas Lakukan Strategi Ini

RAPID TEST. Petugas melakukan tes cepat atau rapid test Covid-19 massal di salah satu wilayah di Surabaya. Foto: Restu Cahya

JATIMNET.COM, Surabaya – Kecamatan Rungkut dan Krembangan ditetapkan sebagai dua kecamatan tertinggi kasus penyebaran Covid-19 di Surabaya. Meski Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimcam) bersama jajaran kelurahan setempat terus bekerja maksimal, namun upaya yang dilakukan ini juga tak lepas dari berbagai kendala ketika di lapangan.

Berbagai kendala itu tak hanya dialami jajaran di Kecamatan Rungkut. Camat Krembangan Agus Tjahyono juga mengaku mengalami hal serupa. Salah satunya, saat pihaknya bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) akan menggelar tes cepat atau rapid test massal, banyak warga yang tiba-tiba menghilang dari rumahnya. 

“Pada saat rapid test banyak yang hari H itu mereka menghilang dari kampungnya. Ibaratnya sekitar 50 orang seharusnya ikut rapid test, yang datang hanya sekitar 30 orang. Jadi 20 di antaranya itu ternyata saat kami cari di rumahnya itu tidak ada,” kata Agus.

BACA JUGA: Positif Covid di Surabaya Meningkat Tajam, Ini Kata Risma

Menurut informasi yang didapatkan, mereka mengindar karena takut menjalani rapid test. Kemudian petugas melakukan strategi lain agar warga yang dinilai rentan Covid-19 bisa diperiksa dengan rapid test.

“Kami langsung melakukan tes door to door dengan tidak memberitahukan sebelumnya," ia menerangkan.

Tak hanya menemui kendala saat pelaksanaan rapid test massal, Agus mengakui saat proses mobilisasi warga ke rumah sakit untuk dilakukan isolasi juga demikian. Meski tak banyak, ada saja warga yang menolak saat akan dirawat dan diisolasi ke rumah sakit. Alasan mereka bervariatif, seperti ingin isolasi mandiri di rumah karena ada anak dan istri yang sendirian di rumah.

BACA JUGA: Rapid Test Covid-19 Massal di Surabaya Raya Semakin Gencar

“Ada yang mereka ingin isolasi mandiri saja. Kemudian ada alasan keluarga dan anak sendirian di rumah. Tapi akhirnya kami memobilisasi warga yang bersedia. Kemudian besoknya baru kita treatment orang-orang yang menolak itu akhirnya mereka mau,” ia mengungkapkan.

Bahkan, untuk meyakinkan warga, petugas juga melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat. Upaya ini dilakukan sebagai langkah persuasif untuk meyakinkan warga.

“Supaya mereka juga memberikan bantuan bahwa apa yang dilakukan ini untuk kebaikan. Misalkan dia (confirm Covid-19) masih di situ (rumah), otomatis pasti keluar beli kebutuhan dan dimungkinan akan menularkan ke yang lain,” ia memungkasi.