Selasa, 26 January 2021 02:20 UTC
Ilustrasi
JATIMNET.COM, Surabaya - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur Andriyanto menyebut persoalan anemia di wilayahnya belum tuntas. Ia mencatat ada sekitar 12 persen remaja laki-laki dan 23 persen remaja perempuan mengalami anemia.
Kondisi itu, kata dia, dapat berdampak buruk bagi remaja. Seperti, penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktivitas.
Kekurangan anemia juga bisa dapat berpengaruh pada kehamilan. Calon ibu yang tengah menjalani program hamil dan melahirkan harus menyiapkan asupan gizi yang baik.
“Mereka calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, harus memperkecil risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR), dan kematian bayi," kata Andriyanto, Selasa 26 Januari 2021.
BACA JUGA: Sepertiga Remaja Perempuan di Indonesia Alami Anemia
Program hamil yang bagus dengan asupan gizi tepat akan mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Saat ini, data yang diungkapkan Andriyanto, Jatim pada tahun 2020 masih berada di urutan ke-15 dari 34 Provinsi se-Indonesia dengan angka 71,71. "IPM Jatim tahun 2020 hanya tumbuh 0,30 persen dibandingkan tahun 2019," ungkapnya.
Andriyanto menjelaskan, IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yaitu kesehatan yang dilihat usia harapan hidup masyarakat, pendidikan anak usia 7 tahun, dan ekonomi hidup layak.
Sementara, peringkat IPM Jatim masih rendah karena permasalahan stunting yang belum selesai. Prevalensi stunting di Jatim hampir mendekati tingkat nasional. Di mana prevalensi sunting di Indonesia mencapai 27,7 persen dan Jawa Timur 26,9 persen.
Peran beberapa pihak, seperti dinas pendidikan dan tenaga kesehatan dibutuhkan, khususnya pada remaja putri. Andriyanto berharap ada pendalaman pengarahan tentang pemenuhan gizi dan anemia.
BACA JUGA: Ibu Hamil Penderita Anemia Berisiko Janinnya Meninggal
Dengan pendidikan gizi, remaja akan lebih mengenal kebiasaan baik dalam hal pemenuhan kebutuhan asupan gizi. "Remaja putri dapat mengubah pola makan, sehingga asupan gizi menjadi lebih baik. Pemikiran yang terbuka dan karakteristik remaja yang masih dalam tahap belajar secara tidak langsung akan memengaruhi kebiasaan mereka," tegasnya.
Mengacu Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur pada 21 Januari 2021, hasil Sensus Penduduk 2020, ada 71,65 persen penduduk Jawa Timur berusia produktif (15–64 tahun), dan 24,8 persen yakni Generasi Z yaitu berusia 8–23 tahun sebesar 10 juta jiwa.
Intervensi kepada generasi Z melalui edukasi gizi yang tepat akan berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan bayi serta stunting di Jawa Timur.
