Jumat, 27 September 2019 10:47 UTC
BERAPI Api yang keluar dari dalam tanah, di Dusun Ringinsurup, Ponorogo. Foto: Gayuh S.W
JATIMNET.COM, Ponorogo – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengambil sampel tanah pada beberapa titik di atas lokasi tanah yang mengeluarkan api, di Dusun Ringinsurup, Desa Kupuk, Kecamatan Bungkal, Ponorogo.
Sebab, titik asap masih terlihat setelah empat tangki air digunakan untuk membasahi dan memadamkan api oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebelumnya.
“Kami perlu lakukan uji laboratorium untuk mengetahui secara pasti kandungan apa saja yang terdapat di dalam tanah yang keluar apinya ini,” Kata Kepala DLH Sapto Djatmiko, Jumat 27 September 2019.
BACA JUGA: BPBD Ponorogo Padamkan Api Yang Muncul Dari Dalam Tanah
Adanya asap yang keluar bisa menandakan jika masih ada bara api di dalam tanah atau pada bekas limbah jamu yang diduga terbakar di dalam tanah.
“Dari bau asapnya bisa tercium seperti rempah-rempah bahan pembuatan jamu,” terangnya.
Ia pun mengimbau warga agar tidak khawatir dengan keberadaan api yang ada di dalam tanah tersebut. Selama tidak ada yang menaruh bahan mudah terbakar di dekat lokasi, tanah tersebut tetap aman dan tidak merembet ke tanah di sekitarnya.
BACA JUGA: Penyebab Sumber Api Ringinsurup di Ponorogo Diduga dari Ampas Jamu
“Hanya saja, warga harus waspada dan menjauh dari lokasi. Titik tanah yang mengeluarkan api telah mengalami amblas,” ujarnya.
Sapto pun melarang warga untuk masuk ke dalam area sawah agar tidak terperosok ke dalam tanah yang masih mengeluarkan asap tersebut. Selain bisa menyebabkan luka bakar, asap tersebut juga mengeluarkan bau tidak sedap.
“Yang jelas sumber api bukan dari alam, melainkan dari sampah. Kami lakukan uji lab agar tahu kandungannya,” imbuhnya.
BACA JUGA: Api Muncul dari Dalam Tanah, Warga Ponorogo Pasang Pagar dari Rafia
Sementara itu Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono menuturkan jika fenomena tersebut sudah lumrah terjadi ketika ada bahan mudah terbakar di dalam tanah. Terlebih dengan cuaca yang sedang terik di tengah musim kemarau seperti ini.
“Saya sudah koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ini merupakan fenomena biasa, dan tidak hanya terjadi di Ponorogo serta tidak berlangsung lama,” pungkasnya.