Jumat, 13 December 2019 03:10 UTC
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
JATIMNET.COM, Surabaya - Penderita katarak di Jawa Timur angkanya masih di atas rata-rata nasional. Hal ini berdasarkan dari data hasil Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan pada tahun 2014-2016 menunjukkan, Provinsi Jatim merupakan salah satu dari 15 provinsi di Indonesia yang berkontribusi pada tingginya prevalensi nasional.
"Secara nasional 3 persen (dari jumlah penduduk), disini (Jawa Timur) 4,3 persen. Ini artinya 1,3 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Jumat 13 Desember 2019.
Menurut dia, dengan angka 4,3 persen ini faktor penyebab utamanya yakni katarak yang tidak ditangani (untreated cataract) sudah mencapai 81,1 persen. Hal ini menempatkan Jawa Timur pada posisi pertama di Indonesia.
"Makanya, kemudian ketika Bang Andy F Noya sebagai komisi mata nasional menyebutkan itu, saya langsung komunikasi dengan Pak Kohar (Kadinkes) supaya bisa segera siapkan Komatda (Komite Mata Daerah)," tuturnya.
BACA JUGA: 2023, Gubernur Khofifah Targetkan Jatim Bebas Katarak
Pemprov Jawa Timur, tahun 2023 menargetkan bebas katarak. Memenuhi target tersebut, Persatuan Dokter Mata Daerah (Perdami) pun digandeng guna mempercepatnya.
"Komatda nanti yang akan menjadi komandan pemetaan, bersama klinik mata diberbagai daerah," tegasnya.
Sementara, dari data Dinas Kesehatan Jawa Timur yang dirilis Oktober 2019 silam, menyebutkan jumlah penderita katarak masih menyentuh angka 400 ribu orang. Banyak faktor risiko penyebab katarak, yakni, seperti diabetes, dan hipertensi, serta karena paparan sinar ultraviolet.
"Ada beberapa faktor resiko penyebab katarak diantaranya ultraviolet dan penyakit dasar seperti diabet dan hipertensi. Oleh karenanya arah pencegahan kita ke sana," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso belum lama ini.