Senin, 12 November 2018 08:38 UTC
Ilustrator: GIlas Audi
JATIMNET.COM, Jakarta – Sebanyak 93 juta batang sedotan plastik digunakan dalam sehari di seluruh Indonesia yang berdampak pada pencemaran lingkungan di perairan.
Sebab sedotan plastik tidak bisa cepat terurai dan ketika masuk ke perairan akan menyebabkan pencemaran dan mengancam kepunahan ekosistem dalam bentuk mikroplastik.
“Ini masalah serius yang kita hadapi," kata Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Sampah dan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar, Senin 12 November 2018.
Novrizal menambahkan bahwa sampah plastik mengalami peningkatan di Indonesia, pada 1995 sekitar sembilan persen sementara saat ini sudah mencapai 16 persen.
Sampah plastik tersebut berupa kantong plastik sekali pakai, sedotan plastik, styrofoam dan plastik lain dari restoran, rumah makan, minuman kemasan dan sumber lainnya.
“Sedotan plastik yang termasuk dalam 10 besar masalah serius di dunia, dan menjadi masalah serius di dunia ketika masuk ke laut," kata dia.
Setiap tahunnya sekitar sepertiga biota laut termasuk terumbu karang, dan bahkan burung laut, mati karena sampah plastik termasuk sedotan plastik sekali pakai yang berakhir di lautan.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat terumbu karang berperan besar melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lain yang diakibatkan fenomena air laut. Terumbu karang juga merupakan tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar bagi berbagai biota laut.
Data Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan, sekitar 70 persen sampah plastik di Indonesia dapat dan telah didaur ulang oleh para pelaku daur ulang. Namun tidak demikian dengan sedotan yang karena nilainya rendah dan sulit didaur ulang maka tidak ada pelaku daur ulang yang bersedia mengambil.
Salah satu upaya pengurangan penggunaan sedotan plastik dilakukan oleh restoran makanan cepat saji McDonald's Indonesia dengan gerakan #Mulaitanpasedotan.
Novrizal mengapresiasi komitmen dunia usaha tersebut karena penting untuk mengedukasi konsumen agar lebih ramah lingkungan.
"Harapannya ini bisa menjadi gaya hidup dan diikuti oleh produsen lain. Ini langkah besar dalam perubahan gaya hidup baik dari produsen maupun konsumen," ujar Novrizal.
Komitmen restoran cepat saji tersebut ditandai dengan memasukkan sedotan plastik ke dalam peti sebagai tanda tidak lagi menggunakan sedotan plastik. (ant)
