Rabu, 24 October 2018 14:00 UTC
Leonard (berbaju tahanan, dua dari kiri) mendemonstrasikan cara memasukkan narkoba ke dalam bungkus biskuit di depan Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan (kiri) di Polrestabes Surabaya, Rabu 24 Oktober 2018. Foto : Moch Khaesar Januar Utomo
JATIMNET.COM, Surabaya – Pengedar narkoba Leonard (20) cukup jeli dalam mengelabuhi petugas untuk mengirim narkoba jenis sabu-sabu dan pil ekstasi. Warga Taman Sidoarjo itu memasukkan kedua jenis narkoba itu ke dalam bungkus biskuit yang sudah dikeluarkan isinya.
Mau tahu dari mana dia mendapatkan cara tersebut? Kepada polisi, Leonard mengaku mendapat inspirasi dari salah satu napi di Lapas Madiun dan belajar dari slah satu media sosial (medsos).
"Saya hanya sediakan selotip (isolation tape) bolak balik, ditambah cutter untuk menyobek bungkus biskuit. Berikutnya saya memasukkan sabu sabu dan ekstasi itu," katanya di Mapolrestabes Surabaya, Rabu 24 Oktober 2018.
Setelah sabu-sabu dan ekstasi tersebut dikemas di dalam bungkus biskuit, berikutnya dia menitipkan di salah satu restoran yang dipercayanya. Kemudian kurir yang akan mengambil titipan narkoba tersebut. Cara tersebut diakui sudah delapan kali dilakukan pria asal Sidoarjo itu.
Leonard mengatakan selama ini dirinya mendapatkan untung sebesar Rp50 juta rupiah dalam sekali transaksi. "Uang itu saya gunakan untuk keperluan sehari-hari," ucapnya.
Sementara itu, Kapolda Jawa Timur Inspektur Jendral Polisi Luki Hermawan menjelaskan modus yang dilakukan Leonard membuat polisi meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran narkoba. "Pelaku cukup cerdik mengirim narkoba. Ke depan kami harus mengantisipasinya lebih waspada dan lebih hati-hati," ungkapnya.
Lulusan Akademi Polisi (Akpol) angkatan tahun 1987 ini menambahkan selama ini pelaku mengedarkan narkoba di kawasan Surabaya dan Sidoarjo. Menurutnya keterangan yang disampaikan Leonard peredaran narkoba ini dioperatori salah satu narapidana di balik jeruji Lapas Madiun.
Luki mengatakan Jaringan pelaku Leonard ini terputus setelah tertangkap. Akibatnya polisi kesulitan menangkap bandar besar yang menggerakan pelaku. "Nomor HP operator tidak bisa dihubungi. Ini yang menyebabkan jaringannya terputus. Tapi kami akan tetap berusaha memberantas hingga ke bandar terbesarnya," bebernya.