Rabu, 20 March 2019 13:49 UTC
LEBIH MENDIDIK. Muhammad Saiful (kiri) memberi pembekalan kepada siswa-siswi SMPN 1 Banyuwangi sebelum tinggal di Desa Papring Kecamatan Kalipuro selama empat hari tiga malam, untuk belajar bersukur dan hidup sederhana. Foto-foto: Ahmad Suudi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Sebanyak 258 siswa dari SMP Negeri 1 Banyuwangi menjalani program ekstrakurikuler bermasyarakat di daerah pelosok. Program ini tinggal bersama orang tua angkat di rumah-rumah berlantai tanah selama empat hari tiga malam di Kampung Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro.
Koordinator kegiatan, Muhammad Saiful mengatakan 65 rumah berlantai tanah sudah dipilih untuk ditempati 258 siswa. Selain itu fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), pekerjaan dan karakter pemilik rumah, serta kesediaan membimbing para siswa menjadi pertimbangan pemilihan rumah.
“Rumah-rumah penduduk yang ditempati siswa kriterianya harus sederhana, dan orang tua angkat harus memiliki pekerjaan tetap di sekitar, dan tidak sampai pergi jauh dari rumahnya," kata Saiful, Rabu 20 Maret 2019.
Dia mengatakan seleksi rumah yang akan ditempati dilakukan untuk memastikan siswa bisa menerapkan kehidupan sederhana, membantu pekerjaan sehari-hari di lingkungan kampung, namun tetap mendukung perilaku bersih.
BACA JUGA: Melahap Selada Premium di Kebun Hidroponik Banyuwangi
Siswa-siswa kelas VIII itu sehari-hari akan membantu orang tua angkat merumput, merawat ternak kambing atau sapi, menyadap getah pinus dan kegiatan rumah tangga sehari-hari, mulai 20-23 Maret 2019.
Sebagai gambaran, kampung Papring sulit mendapatkan sinyal seluler. Begitu juga dengan mata pencaharian penduduknya yang mayoritas berkebun. Sementara jarak dari kota menuju Papring kurang lebih mencapai 9 km.

Dengan demikian, peserta ekstrakurikuler khusus ini mampu mendukung pengurangan pemakaian gawai. Termasuk membiasakan diri dengan hidup serba sederhana dan terbatas, serta menikmati hidangan yang ada.
"Tujuannya agar siswa belajar bersyukur. Masyarakat di sini giat bekerja, anak-anaknya tekun belajar, dan terbiasa menempuh perjalanan jauh. Harapan kami, anak-anak yang terbiasa hidup mapan harus mau belajar, bersyukur, dan memperbaiki diri,” kata Saiful.
Sementara itu, Widie Nurmahmudy (40) salah satu warga Kampung Papring mengatakan anak-anak yang tinggal di rumahnya akan diajari membuat kerajinan gedhek dan besek dari anyaman bambu, serta piring dari lidi.
BACA JUGA: AMAN Banyuwangi Dorong Pariwisata Tak Menggerus Adat
Pria yang rumahnya di perbatasan hutan KPH Banyuwangi Utara itu ingin anak-anak di kampungnya turut termotivasi dengan datangnya kawan baru remaja-remaja kota.
"Saya berharap bisa memotivasi anak-anak Papring untuk melanjutkan pendidikan hingga SMP, tidak sebatas SD. Bahwa pendidikan itu penting, tidak hanya belajar dari masyarakat saja,” kata Widie.
Widya, salah satu siswa yang mengikuti kegiatan mengaku penasaran dengan kampung yang dipadati kebun dan pohon-pohon rindang itu. Dia mengaku kaget dengan jauhnya perjalanan dengan medan yang sulit. Selain itu, perjalanan harus ditempuh menggunakan angkutan umum yang disewa pihak sekolah.
“Ini baru pertama kali ke sini, ternyata ada penduduk yang tinggal yang lokasinya jauh, jalannya masih susah. Semoga saya bisa kerasan dan betah," katanya.