Logo

AMAN Banyuwangi Dorong Pariwisata Tak Menggerus Adat

Reporter:,Editor:

Senin, 18 March 2019 02:25 UTC

AMAN Banyuwangi Dorong Pariwisata Tak Menggerus Adat

Acara adat Kebo-keboan Alas Malang Banyuwangi. Foto : Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi - Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PD AMAN) Banyuwangi mendorong pengembangan pariwisata tidak menggerus adat di Banyuwangi. Sikap itu dibahas dalam diskusi peringatan 20 tahun kebangkitan masyarakat adat di Rumah Budaya Osing (RBO) Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Minggu 17 Maret 2019. 

Ketua PD AMAN Banyuwangi Agus Hermawan mengatakan selama ini ada banyak intervensi yang bertujuan mengubah jalannya pelaksanaan acara adat di Banyuwangi. Intervensi datang dari protokoler pemerintah, pelaku wisata dan pihak lain yang terkait.

"Karena adanya tujuan agar acara tradisi lebih menarik, kadang untuk memenuhi keinginan pasar mereka memaksakan mengubah dari konteks nilai-nilai yang kita pegang," kata Agus pada Jatimnet.com.

BACA JUGA: Menjaga Adat Istiadat Silo untuk Tetap Dirawat

Dia mengatakan promosi tradisi, sebagai bagian daya tarik wisata daerah juga menguntungkan masyarakat adat. Namun melestarikan tradisi warisan leluhur tanpa utak-atik ritualnya sangat dijunjung oleh masyarakat adat. 

Misalnya jumlah umbul-umbul promosi yang terlalu banyak dalam acara adat Seblang Olehsari tahun lalu. Dan banner-banner yang menutupi rumah dalam tradisi Barong Ider Bumi Idul Fitri yang seharusnya tak ada.

"Sebetulnya baik ada anggaran promosi, tapi kadang-kadang ini harus diperhatikan bersama. Masyarakat adat ketika melaksanakan tradisi agar diberikan keleluasaan. Kesakralan yang dikandung harus dipahami di samping sisi entertainment," kata Agus lagi. 

BACA JUGA: Ini Adat Pernikahan yang Unik di Ponorogo

Hal senada disampaikan Dewan Adat Osing AMAN Banyuwangi Adi Purwadi yang juga merupakan pemilik RBO Kemiren. Dia mengatakan peninggalan  leluhur harus dilestarikan karena bila pindah ke kebudayaan baru, akan ada kebudayaan baru lain sehingga masyarakat terus berubah-ubah dan bisa kehilangan identitas komunitas. 

"Yang datang baru hanya tren yang akan segera pergi, sedangkan yang sudah mengakar kuat bisa menjadi identitas masyarakat kita," kata Purwadi.