Jumat, 03 January 2020 13:20 UTC
IKAN TONGKOL. Petugas Dinas Perikanan Jember melihat ikan tongkol yang diperjualbelikan di TPI Pantai Puger, Kamis, 2 Januari 2020. Foto: Istimewa
JATIMNET.COM, Jember – Jumlah korban keracunan massal ikan tongkol basi yang dibakar saat malam Tahun Baru 2020 di Kabupaten Jember terus bertambah. Hingga Jum’at, 3 Januari 2020, tercatat sudah ada 350 orang yang jadi korban dan masih ada yang dirawat di puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Namun sebagian besar sudah diperbolehkan pulang setelah diberi pengobatan.
Dinas Perikanan Jember menepis dugaan adanya pedagang yang menggunakan zat pengawet seperti formalin dalam ikan tongkol yang dikonsumsi massal saat malam tahun baru tersebut. "Nelayan di sana sudah punya kesadaran sendiri untuk tidak menggunakan pengawet seperti itu," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Jember Murtadlo.
Ia menilai penyebab keracunan akibat minimnya pengetahuan masyarakat tentang karakter dan tata cara penyimpanan ikan tak bersisik seperti tongkol yang mudah basi.
"Masyarakat di sana menyebutnya ikan tongkol locok (bahasa Madura) atau ikan tongkol tikus. Warnanya hitam," kata Murtadlo.
BACA JUGA: Korban Keracunan Ikan Bakar di Jember Capai 250 Orang
Menurutnya, pada akhir Desember 2019, ikan tongkol yang ditangkap nelayan memang melimpah. "Kami temukan fakta bahwa tanggal 23 hingga 31 Desember 2019 di Puger sedang panen ikan tongkol locok atau ikan tongkol tikus," ujar Murtadlo.
Secara umum, ikan tongkol termasuk jenis ikan yang mudah busuk. "Ikan yang tidak bersisik, cenderung memiliki daya tahan kesegaran rendah dibandingkan ikan yang bersisik. Ikan tongkol masuk jenis yang tidak bersisik, sehingga cara menyimpannya harus benar," kata Murtadlo.
Tingkat kesegaran ikan tongkol locok ini maksimal 3-4 jam di udara terbuka tanpa pendingin.
Di sisi lain, permintaan masyarakat akan ikan juga meningkat seiring tradisi bakar ikan pada malam pergantian tahun. "Sejak tanggal 30 Desember, masyarakat dari berbagai daerah di Jember berbondong-bondong ke (Pantai) Puger untuk mencari (membeli) ikan tongkol segar untuk persiapan tahun baru," tutur Murtadlo.
Sayangnya, antusiasme mencari ikan segar tidak dibarengi dengan perilaku atau kesadaran menjaga kesegaran ikan tongkol. Hal inilah yang diduga sebagai penyebab kasus keracunan massal.
BACA JUGA: Korban Keracunan Ikan Tongkol di Jember Tembus 350 Orang
"Mereka bahkan ada yang belanja pagi hari. Tetapi dibakarnya baru pada jam 10-11 malam, bahkan menjelang tengah malam. Ikan segar yang baru dibeli itu, disimpan dalam kondisi (suhu) di atas 6 derajat celcius sehingga muncul histamine," ujar Murtadlo.
Histamin (Histamine) adalah zat beracun yang keluar dari usus dan insang ikan. "Setelah mati diatas 4 jam, kadar histamine ini akan berkembang dengan cepat jika ikan tidak disimpan dengan benar," ujar Murtadlo.
Meski demikian, pemerintah meminta masyarakat tidak khawatir mengkonsumsi ikan laut dari Pantai Puger sebagai sentra penghasil ikan di Jember. "Bahkan warga di sana biasa mengkonsumsi ikan tongkol setengah matang, tetapi itu memang langsung diolah setelah ikan sampai di darat," kata Murtadlo.
BACA JUGA: Seratusan Warga Jember Keracunan Ikan Bakar saat Rayakan Tahun Baru
Sebagai masyarakat nelayan,masyarakat sekitar Pantai Puger dianggap sudah berpengalaman dan memahami cara mempertahankan ikan segar.
"Harus dicatat, ikan tongkol dari Puger ini juga dibawa (dikirim) ke Lumajang dan Bondowoso. Tetapi karena cara penyimpanannya benar, tidak terjadi kasus seperti di Jember. Di Puger itu sudah banyak cold storage-nya (tempat penyimpanan bersuhu dingin)," ucap Murtadlo.
Dugaan histamin sebagai penyebab keracunan masal ditanggapi petugas Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) Jember. "Dari informasi yang kami peroleh, dugaannya ke histamine. Tetapi untuk memastikannya akan kami kirim ke laboratorium di Balai Besar POM Surabaya," ujar Kepala Loka POM Jember Any Koosdubudiwati.
Sampel yang dikirim ke Balai Besar POM Surabaya tidak hanya ikan tongkol. "Yang dikirim juga nasi dan sambal (yang dikonsumsi masyarakat). Tetapi untuk ikan, hanya tongkol saja. Tidak ada jenis lain, karena kasusnya memang hanya karena makan ikan tongkol," ujar Plt Kepala Dinkes Jember Diah Kusworini.