Selasa, 11 December 2018 07:45 UTC
Kepala Dinas Kesehatan Jatim dr. Kohar Hari Santoso saat membuka Monev Jajanan Anak Sekolah. Foto: Nani Mashita
JATIMNET.COM, Surabaya – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyoroti jajanan anak sekolah yang mengandung bahan berbahaya seperti rhodamin dan boraks. Di Jawa Timur, tahun 2018 pada periode Januari-Mei ditemukan 53 kasus jajanan berbahaya dari 426 sampel jajanan yang diambil.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha BPOM RI, Dewi Prawitasari mengatakan bahan pangan yang aman menjadi salah satu program prioritaas nasional. BPOM menerapkan program GERMAS SAPA yaitu Gerakan Masyarakat Sehat Sadar Pangan.
“Program ini mengajak masyarakat untuk menyadari adanya perilaku yang menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti rhodamin dan boraks terutama di jajanan anak sekolah,” kata Dewi dalam Monitoring dan Evaluasi Pangan Jajanan Anak Sekolah Provinsi Jawa Timur di Surabaya, Selasa 11 Desember 2018.
BACA JUGA: Tingkatkan Kualitas Pangan, Kadin Jatim Gandeng BPOM
Dia mengatakan masih ada lingkungan yang belum sadar akan pangan aman, perilaku hidup kurang sehat, serta penggunaan bahan berbahaya dalam pangan di sekolah. “Tapi di sekolah yang mendapat penghargaan tidak ditemukan hal yang saya sebutkan tadi,” kata Dewi.
Menurutnya, jajanan anak sekolah menjadi perhatian BPOM dan jadi salah satu fokus aman pangan. Di sisi lain, pertumbuhan industri pangan di Jatim pesat dengan varian yang luar biasa dari origins hingga jenisnya.
Masih maraknya penggunaan bahan berbahaya, kata Dewi, disebabkan faktor ekonomi dan ketidaktahuan. “Oleh karena itu kami gencar mengampanyekan ini agar masyarakat terhindar dari pangan berbahaya,” ujarnya.
Di Jatim, ada 10 kabupaten kota yang mendapatkan pendampingan mengenai jajanan anak sekolah yang sehat.
BACA JUGA: Sebagian Besar Koruptor di Jatim Divonis Ringan
Kepala Balai Besar POM di Surabaya I Made Bagus Gerametta mengatakan sekolah yang mendapatkan pendampingan nantinya dinilai lewat sejumlah kriteria. Hasilnya ada 32 sekolah yang meraih Penghargaan Bintang Keamanan Pangan Kantin Sehat. “Jumlah ini lebih tinggi dari yang kami targetkan yaitu 25 sekolah,” ujarnya.
Di Jatim jajanan anak sekolah yang menggunakan bahan berbahaya ditemukan di bawah angka 10 persen. Data sampling tahun 2017 menunjukkan dari 1.192 buah hanya ditemukan 114 kasus mengandung bahan berbahaya. Di tahun 2018, periode Januari-Mei dengan sampling 426 jajanan, hanya ada 53 kasus jajanan bahan berbahaya.
Bagus mengatakan secara rata-rata kasus kejadian makanan berbahaya di jajanan anak sekolah turun drastis. Dari 44 persen di tahun 2005, kini hanya 10 persen kasus jajanan mengandung bahan berbahaya.
Dari kasus kejadian itu, bahan berbahaya didominasi bahan boraks sebesar 5,15 persen dan bahan rhodamin B sebanyak 2,8 persen.
“Artinya masyarakat sudah mulai mengerti bahwa penggunaan bahan ini gak boleh,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jatim dr. Kohar Hari Santoso meminta makanan harus SAH. Yaitu sehat, aman dan higienis. "Selain itu jangan lupa cuci tangan setiap kali makan," pungkasnya.