Logo

Warga Sekitar Sungai Ledeng Mojokerto Keluhkan Pencemaran Air

Reporter:,Editor:

Rabu, 06 November 2019 07:57 UTC

Warga Sekitar Sungai Ledeng Mojokerto Keluhkan Pencemaran Air

CEMAR. Sungai Ledeng, di Dusun Sememi, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Mojokerto yang tercemar limbah pengolahan usus dan sampah rumah tangga. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Warga sekitar Sungai Ledeng, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, mengeluhkan air sumur yang kotor dan sungai yang tercemar. Kondisi itu terjadi bertahun-tahun tanpa ada bantuan dari pihak berwenang.

"Kami sudah gak bisa minum air sumur lagi, tidak layak pokoknya. Buat minum dan masak harus beli galon, lihat saja air buat wudu di musala ini contohnya berminyak. Tak mungkin bisa diminum kan, apalagi berbau. Belum lagi nyamuk, luar biasa banyak, istri saya pakai semprotan serangga, nyamuk yang mati dapat satu genggam," ungkap Afandi (48), warga yang rumahnya berada di bantaran sungai, Senin 5 November 2019.

Dua pekan lalu, sebelum hujan, menurutnya air ledeng berwarna merah dan berbau. 

BACA JUGA: Lagi, Ikan di Kali Surabaya Mati Massal 

Keluhan juga disampaikan oleh Edi (70), salah satu pemilik lahan sawah di sekitar Sungai Ledeng. Ia mengaku sudah belasan tahun Sungai Ledeng tercemar limbah dan sampah rumah tangga.

"Kondisinya ya seperti ini sejak 11 tahun lalu. Dulu airnya bersih, sekarang lihat sendiri kotor, banyak sampah, bau juga. Tapi mau gimana akhirnya tetap dipakai buat aliran air untuk enam hektare sawah," keluhnya pada Jatimnet.com.

Sementara bagi petani yang ingin hasil panen baik, terapksa menggunakan air sumur bor. Hanya saja, modal yang dikeluarkan petani jadi berlipat ganda.

BACA JUGA: 1.024 Popok Terapung di Mojokerto, Pemkab Diminta Sediakan Kontainer Khusus 

Edi tetap memilih menggunakan air sungai, meski dampaknya tak baik terhadap hasil panen dan kesehatannya.

"Tanamannya jadi jelek, banyak hama, hasil panen kami juga turun, jika biasanya bisa dua ton dalam satu tahun, sekarang turun jadi 7-16 kuintal. Belum lagi kulit kaki saya gatal-gatal kalau habis menanam," katanya sembari menunjukkan kondisi kulit kakinya yang terserang gatal-gatal usai bercocok tanam.

Persoalan pencemaran aliran Sungai Ledeng ini pernah dilaporkan warga ke pemerintah desa dan Pemkab Mojokerto. 

BACA JUGA: PLTSa Thermal Pertama, Aktivis Ingatkan Pencemaran Limbah Pembakaran di Benowo  

Industri rumah tangga pengolahan usus ayam di desa tersebut diduga ikut urun menyebabkan pencemaran air lantaran membuang limbahnya ke sungai.

Saat itu, menurut Afandi, polisi meminta agar pembuangan limbah diatur, sehingga tidak ada pencemaran lagi.

BACA JUGA: Proyek Pembangunan PT Sinar Suri Diduga Cemari Sumur Warga 

"Dulunya pernah dilaporkan, bahkan sudah ada solusi dari pihak kepolisian. Tapi nyatanya sampai saat ini tetap saja seperti ini,” katanya.

Baik Afandi maupun Edi, tak mempersoalkan adanya industri rumah tangga pengolahan usus ayam di desa tersebut. Sebab, industri itu juga menjadi sumber mata pencaharian warga sekitar desa.

"Kami hanya berharap ada solusi terkait pembungan limbah itu. Kami tidak ada persoalan dengan pabrik pengolahan ususnya, cuman ada tindakan nyata lah dari pemerintah dan pelaku usaha gimana pembuangan limbah ususnya tidak mencemari sungai Ledeng," harap Edi.