Sabtu, 19 October 2019 08:42 UTC
IKAN. Warga setempat menunjukkan ikan tangkapan di Kali Surabaya. Foto: Ist
JATIMNET.COM, Surabaya – Kejadian ikan mati massal kembali terjadi di aliran Kali Surabaya, Sabtu 19 Oktober 2019. Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi mengatakan kejadian ikan mati massal yang diduga akibat limbah cair atau pencucian wadah bahan kimia terjadi di Desa Sumengku, Kecamatan Wringinanom, Gresik sejak pukul 06.00 WIB.
"Warga sekitar menangkap ikan yang terlihat kelimpungan dan berenang tak beraturan, ikan-ikan ini berusaha naik kepermukaan seolah kekurangan oksigen. Sesampai di atas mereka disambut dengan jaring, serok dan alat-alat penangkap ikan,” jelas Aris, sapaannya kepada Jatimnet.com, Sabtu 19 Oktober 2019.
Aris mengimbau agar warga tidak mengkonsumsi sejumlah ikan, antara lain ikan nilem, rengkik, bader abang dan keting, yang diduga terpapar bahan beracun.
BACA JUGA: Ikan Mati Massal di Blitar Diduga Karena Limbah Pabrik Gula RMI
"Jika dalam mulut ada aroma menyengat seperti bahan asam, ada perubahan warna di insang yang kepucatan atau tidak merah segar,” tambahnya.
Dugaan Aris menguat, setelah pihaknya menemukan terdapat sejumlah kegiatan pembuangan limbah cair atau pencucian wadah bahan-bahan kimia di sepanjang Kali Surabaya.
Di daerah tersebut banyak kegiatan industri daur ulang plastik, atau kegiatan pengepul tong atau wadah plastik yang dibeli dari perusahaan yang umumnya berupa bahan kimia berbahaya.
BACA JUGA: Ikan Mati Massal, Pemerintah Bebal
Aris mencatat fenomena ikan mati massal di sejumlah sungai Jawa Timur terutama di aliran Kali Brantas dan Surabaya cenderung meningkat. Tahun 2018, sebanyak enam kali gelombang kematian ikan mati massal di Jawa Timur, meningkat dua kali lipat sejak 2017 sebanyak tiga kali kejadian.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong Gubernur Jawa Timur membuat SOP penanganan ikan mati massal, diantaranya, identifikasi sumber pencemar atau penyebab kematian ikan dan penerapan sanksi yang tegas.
“Berikutnya diperlukan upaya deteksi keamanan ikan untuk dikonsumsi, pemasangan alat pemantauan di setiap saluran pembuangan pabrik di Kali Surabaya, serta langkah pemulihan agar air tidak berbahaya karena digunakan bahan baku PDAM,” imbuhnya.
