
Reporter
ZulafifSenin, 17 Februari 2020 - 13:25
Editor
Ishomuddin
TOLAK TAMBANG. Puluhan warga Banyuwangi menaiki sepeda ontel menuju Surabaya menemui Gubernur Jatim menuntut penghentian izin tambang emas. Mereka tiba dan istirahat di Museum Probolinggo, Kota Probolinggo, Senin, 17 Februari 2020. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Perjalanan puluhan warga Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, yang menaiki sepeda ontel menuju Surabaya tiba di Kota Probolinggo, Senin siang, 17 Februari 2020.
Mereka akan menemui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan menuntut Khofifah mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Bumi Suksesindo (BSI) dan PT Damai Suksesindo (DSI) di Gunung Tumpang Pitu dan sekitarnya.
Tiba di Kota Probolinggo, mereka istirahat di Museum Probolinggo yang terletak di Jalan Suroyo, Kota Probolinggo. Mereka mengenakan kaos putih dengan tulisan warna merah. "Salakan lan sekitare ojo ditambang (Gunung Salakan dan sekitarnya jangan ditambang)," begitu isi tulisan di kaos mereka dalam bahasa Using. Mereka memprotes perluasan penambangan emas yang akan dilakukan di Gunung Salakan selain Gunung Tumpang Pitu yang ditambang sejak 2016.
BACA JUGA: Temui Warga, Komnas HAM Mulai Investigasi Konflik Tambang Emas Tumpang Pitu Banyuwangi
Kepada awak media, perwakilan Forum Masyarakat Banyuwangi, Usman, mengatakan tujuan warga menemui Gubernur Jawa Timur mendesak gubernur mencabut IUP PT. BSI dan DSI.
Warga juga memprotes rencana perluasan wilayah pertambangan di lokasi lainnya di Kecamatan Pesanggaran. Selain dampak ekologi yang ditimbulkan, menurut Usman, tambang telah memicu konflik sosial yang melibatkan pengusaha dan pekerja tambang, aparat keamanan penjaga tambang, maupun masyarakat yang pro dan kontra tambang.
“Lantaran adanya sebagain warga yang mendukung dan menolak. Adanya aktivitas industri pertambangan (membuat) warga tercerai berai. Oleh karenanya, kami tetap bersikukuh akan menemui Gubernur Jatim sebagai bentuk protes kami,” katanya.
Usman menyampaikan total warga Desa Sumberagung yang ikut aksi ngontel ke Surabaya sebanyak 43 orang terdiri dari 28 laki-laki dan 15 perempuan. Seluruhnya berangkat dari Banyuwangi mulai Sabtu, 15 Februari 2020, sekitar pukul 07.00 WIB.
BACA JUGA: Tolak Perluasan Tambang, Warga Banyuwangi Bersepeda ke Surabaya Temui Khofifah
Salah satu warga Desa Sumberagung, Ayu Triwulyani, mengaku bertekad menemui Gubernur Jatim karena dampak negatif yang dirasakan akibat industri pertambangan di daerahnya terutama ketersediaan air menjadi berkurang.
Selain itu, menurutnya, nelayan semakin sulit mendapatkan ikan sejak adanya aktivitas pertambangan di Gunung Tumpang Pitu yang berbatasan dengan Samudra Hindia dan dekat Pantai Pancer sebagai salah satu sentra penghsail ikan di Banyuwangi.
Ayu mengancam jika gubernur tak merespon dan tak memenuhi tuntutan warga, ia bersama para warga lainnya akan melakukan mogok makan. “Kami akan mogok makan kalau nanti tidak ditemui Gubernur Jatim," katanya.