Jumat, 25 October 2019 13:20 UTC
BERPRESTASI. (Dari kiri ke kanan) Maheza Sebastian, M. Miftah, dan Ratih Wulandari, di halaman Fakultas Teknik Unej. Foto: Faizin Adi.
JATIMNET.COM, Jember – Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Jember meraih juara kedua di ajang Indonesian Civil and Enviromental Festival (ICEF) 2019 yang digelar oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 13 Oktober 2019. Panitia memberikan prestasi atas konsep revitalisasi TPA Pakusari yang bernama Omega Cycle System, pengolahan menyeluruh yang bertujuan mengurangi sampah hingga 70 persen.
Tiga mahasiswa yang turun dalam tim berjuluk Fortune Logawa FT Universitas Jember itu antara lain, Muhammad Miftah mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Maheza Sebastian, mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, serta Ratih Wulandari mahasiswi Teknik Lingkungan.
“Setiap hari ada 140 ton sampah masuk ke TPA Pakusari, sayangnya pengolahan sampah menjadi pupuk kompos dan gas metana di sana berhenti. Jika dibiarkan, dalam waktu dekat TPA Pakusari tak mampu menampung sampah lagi,” kata Muhammad Miftah, ditemui di kampus Fakultas Teknik Unej, Jumat 25 Oktober 2019.
BACA JUGA: Rektor Unej Minta Lulusannya Waspadai Jejak Digital di Medsos
Konsep Omega Cyle System pun dirancang dengan tujuan mengurangi sampah hingga 70 persen. "Pengurangan sampah dilakukan secara bertahap. Dimulai dari pemilahan sampah dari warga sendiri, organik dan non organik," ujar Maheza.
Sampah yang sudah dipilah kemudian diangkut dengan menggunakan mobil pengangkut sampah khusus. Mobil dirancang memiliki dua bak sampah yang terpisah. Yakni untuk sampah organik dan non organik
"Biar ketika tiba di TPA Pakusari bisa lebih cepat proses pengolahan sampahnya,” jelas Maheza.
BACA JUGA: Demo PMII Tuntut Reforma Agraria di Jember Berujung Ricuh
Selain itu, bentuk bak sampah menyerupai kapsul. Lazimnya, bak sampah pada mobil atau truk pengangkut sampah selama ini berbentuk kotak.
“Bentuk kapsul tujuannya untuk mencegah potensi kebocoran. Karena dengan bak sampah berbentuk kotak seperti biasanya itu, akan lebih mudah bocor jika volume sampahnya besar,” imbuh Ratih Wulandari.
Tak berhenti di situ, konsep Omega Cycle System juga mencakup alat pemroses kompos dan gas metana yang juga berbentuk kapsul.
BACA JUGA: Prihatin Kondisi Bangsa, BEM Unej Gelar Doa Lintas Agama
Alat yang bekerja dengan sistem komposting Anaerob, mengolah sampah organik menjadi kompos, serta menghasilkan gas metana dan air lindi sampah.
Setiap 100 kilogram sampah organik, akan menghasilkan 80 kilogram kompos dan 20 liter gas metana.
“Sementara air lindi akan ditampung dalam bak yang ada di bawah alat pengolah. Air lindi ini akan dimanfaatkan sebagai bahan pengolah kompos lagi,”lanjutnya.
BACA JUGA: Sikat Gigi dengan Benar Mencegah Timbulnya Karang Gigi
Sementara untuk sampah anorganik dipilah untuk kemudian di daur ulang. Harga satu alat pengolah sampah senilai Rp 160 juta rupiah.
Namun, alat dengan teknologi efisien itu tak akan berguna jika tak didukung oleh faktor manusia.
TPA Pakusari, saat ini, menurut Miftah telah memiliki alat pengolahan sampah. Sayangnya tidak ada sistem pengelolaan yang baik sehingga alat tersebut terbengkalai. “Jadi memang harus ada revitalisasi TPA Pakusari, baik dari sisi sumber daya manusia maupun peralatan,"katanya.
