Logo

Prihatin Kondisi Bangsa, BEM Unej Gelar Doa Lintas Agama

Reporter:,Editor:

Senin, 07 October 2019 22:30 UTC

Prihatin Kondisi Bangsa, BEM Unej Gelar Doa Lintas Agama

DOA BERSAMA. Refleksi dan doa bersama BEM Unej merespons berbagai persoalan bangsa yang mendera belakangan. Foto: Faizin Adi

JATIMNET.COM, Jember – Berbagai permasalahan yang mendera Indonesia belakangan ini memicu keprihatinan banyak pihak. Kondisi ini mendorong Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jember (Unej) menggelar aksi kemanusiaan berupa doa bersama dan refleksi duka, Senin 7 Oktober 2019.

Bertempat di pintu gerbang Unej, acara dimulai dengan Salat Gaib dan Tahlil usai Salat Isya’ berjemaah. "Kami ingin merefleksikan kedukaan atas berbagai permasalahan, mulai gelombang demo terhadap semua RUU yang kontroversial yang berujung adanya korban jiwa," tutur Ahmad Fairuz Abadi, Ketua BEM Unej kepada Jatimnet.com di sela-sela aksi.

BACA JUGA: 12 Tahun Jalani Aksi Kamisan, Sejauh Mana Kekuatan Suciwati Berjuang?

Secara khusus, doa ditujukan kepada tiga nama yang mereka anggap sebagai pahlawan muda atas perjuangan bangsa saat ini. Yakni Randy dan Muhammad Yusuf Kardawi (keduanya mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari) serta Bagus Putra Mahendra (pelajar SMK Al Jihad Tanjung Priok).

"Kami juga berduka atas terjadinya kerusuhan di Wamena serta Gempa di Ambon dan masih terulangnya kasus kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah," lanjut Fairuz.

Usai salat gaib, aksi refleksi dilakukan dengan penyalaan "seribu lilin" di gerbang kampus. Secara bergantian mereka mengumandangkan doa lintas agama dan membacakan puisi refleksi. Doa lintas agama dibacakan bergantian oleh beberapa Unit Kerohanian Mahasiswa dari beberapa agama yang ada di Unej.

BACA JUGA: Unej Melakukan Pemetaan Terhadap Paham Radikalisme di Kampus Tegalboto

"Kami ingin menyatukan berbagai perbedaan yang ada untuk merajut persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu adalah yang utama," tutur mahasiswa Fakultas Teknik Unej ini.

Acara ini juga diselingi kritik dan harapan agar pemerintah bisa lebih bijak dengan tidak melanjutkan proses penyusunan beberapa regulasi hukum yang dianggap kontroversial. "Kami juga mengajak para mahasiswa untuk sadar dan peduli bahwa negeri kita tidak sedang baik-baik saja," papar Fairuz.

BEM Unej juga mengkritik upaya pemerintah yang akan mengendalikan sikap kritis mahasiswa melalui kebijakan Menristekdikti.

"Demokrasi itu meniscayakan adanya kebebasan berpendapat dan berekspresi, sepanjang tidak merusak. Saya lihat sejauh ini ekspresi mahasiswa mengkritik pemerintah masih konstruktif," pungkas Fairuz.