Selasa, 13 August 2019 14:57 UTC
Sejarawan UniversitasAirlangga, Punawan Basundoro, Selasa 13 Agustus 2019.Foto: Bayu Diktiarsa
JATIMNET.COM, Surabaya – Masyarakat Surabaya belum mengetahui informasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Terbatasnya media komunikasi menyebabkan hari proklamasi kemerdekaan baru diterima keesokan harinya di Surabaya.
"Saat itu, tidak ada aktivitas berarti, suasana penjajahan Jepang yang mencekam masih terjadi di Surabaya," kata Sejarawan UniversitasAirlangga, Punawan Basundoro, Selasa 13 Agustus 2019.
Informasi tersebut senyap - senyap dibicarakan, tapi belum ada kepastian informasi mengenai hal tersebut.
Padahal di Jakarta, Soekarno dan para tokoh sudah berupaya mengirimkan kabar kemerdekaan ke seluruh penjuru Indonesia, melalui radio maupun surat kabar.
Kabar menggembirakan itu baru diketahui sehari kemudian, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, saat surat kabar yang menceritakan kemerdekaan sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya.
BACA JUGA: Agustus, Penumpang Kapal di Tanjung Perak Pakai Boarding Pass
“Baru pada 18 Agustus, kabar itu diketahui dari koran yang dibawa dengan kereta, saat itu radio sangat terbatas sekali, radio disegel oleh Pemerintah Jepang, hanya dapat informasi pada gelombang tertentu saja, terbatas sekali,” ungkapnya.
Di hari yang sama, berita kemerdekaan berhasil disiarkan melalui radio ke seluruh penjuru Surabaya.
"Melalui radio ex-Nirom, informasi itu disebarkan dengan bahasa Madura, supaya tidak diketahui Jepang," tutur Dosen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Unair tersebut.
Setelah tersebar, masyarakat Surabaya tidak langsung percaya. Gegap gempita masyarakat baru muncul setelah koran Soeara Asia mempublikasikan berita proklamasi.
BACA JUGA: Jelang Agustus, Penjual Bendera Musiman Surabaya Jemput Pembeli Sejak Juli
“Memang terbatas sekali berita tentang itu, walaupun Jepang sebenarnya sudah menyerah, tapi di Indonesia, posisi Jepang cukup kuat, baru kemudian diserbu setelah itu," tandasnya.
Walau demikian jejak Kemerdekaan di Surabaya pada Agustus 1945, justru menjadi penanda bahwa Kota Pahlawan ini semakin membara, setelah upaya sekutu hadir di Surabaya.
"Justru setelah merdeka, Surabaya semakin membara, sekutu datang hingga puncaknya tanggal 10 November 1945 yakni perang besar di Surabaya," tutur Punawan.