Selasa, 04 February 2020 02:15 UTC
BANJIR: Hujan intensitas tinggi yang menguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Mojokerto, menyebabkan debit air Sungai Penewon, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto meluap dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tempura, banjir.
JATIMNET.COM, Mojokerto - Hujan intensitas tinggi yang menguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Mojokerto, menyebabkan debit air Sungai Penewon, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto meluap dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tempura, banjir.
Akibatnya aktivitas belajar mengajar siswa-siswi di SDN Tempuran diliburkan, Senin 3 Februari 2020. Nampak, hanya siswa-siswa kelas VI yang masuk, sebab mereka harus mengejar materi pelajaran jelang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) pada bulan Maret 2020 nanti.
Guru kelas II SDN Tempuran Triari Andriani mengatakan, dari sejumlah kelas yang ada, air luapan Sungai Penewon masuk ke dalam tiga ruang kelas. "Air banjir masuk ke kelas I, II, III. Sangat mengganggu proses belajar karena kasihan anak-anak tidak bisa masuk sekolah akhirnya," kata Triari, Senin 3 Februari 2020.
BACA JUGA: Dua Wilayah di Jatim di Terpa Banjir Bandang, Khofifah Siapkan Benih untuk Penghijauan
Akibat dari banjir itu, pihak sekolah minta para siswa melaksanakan proses belajarnya di rumah masing-masing. Namun, untuk kelas VI tetap masuk, karena mendekati UASBN.
Ia juga mengungkapkan, dari pengalaman sebelumnya saat hujan deras dan bisa menyebabkan banjir. Pihak sekolah sudah menyelematkan sejumlah buku dan bangku di dalam ruang kelas sejak, Minggu 2 Februari 2020 kemarin.
"Air datang kemarin siang, tapi masuk ruang kelas semalam parah dengan ketinggian di bawah lutut. Kalau yang timur sampai lutut tapi tidak sampai masuk kelas. Kalau jumlah siswa seluruhnya sebanyak 191 siswa, kalau kelas VI ada 30 siswa. Mereka sempat masuk, tapi setelah itu kami minta pulang," ujar Triari.
BACA JUGA: Tinjau Desa Banjir Bandang, Khofifah: 15 Daerah Rawan Bencana di Jatim
Dia menyampaikan, bahwa banjir di SDN Tempuran sudah terjadi sejak tiga tahun lalu, namun yang terparah pada tahun 2019 lalu.
"Tahun 2019 lalu terparah, biasanya memang banjir, tapi hanya becek di halaman sekolah. Cuman sejak tiga tahun ini, sudah mulai masuk ruang kelas. Kemudian di paving dan mungkin juga karena di belakang sekolah ada pengurukan untuk digunakan lapangan bola jadi airnya tambah ke sini," katanya.