Logo

Sistem Zonasi Bikin Sedih Anak, Wali Murid Ancam Tidur di Kantor Dindik

Wali murid kecewa nilai ujian tinggi tak banyak membantu dalam sistem zonasi.
Reporter:,Editor:

Kamis, 20 June 2019 08:37 UTC

Sistem Zonasi Bikin Sedih Anak, Wali Murid Ancam Tidur di Kantor Dindik

AKSI. Aksi teatrikal wali murid menolak sistem zonasi di Dinas Pendidikan Jawa Timur, Kamis 20 Juni 2019. Foto: Baehaqi Almutoif

JATIMNET.COM, Surabaya – Sejumlah wali murid melakukan aksi unjuk rasa menuntut proses PPDB dihentikan, di Kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Kamis 20 Juni 2019.

Seorang wali murid mengancam tidur di Kantor Dindik, lantaran putrinya dengan nilai ujian 337,50 tak bisa diterima di dua sekolah negeri pilihannya.

Adalah Nanang Sugiharto yang melakukan aksi teatrikal spontan, dalam audiensi yang ditemui oleh Plt Kepala Dindik Jatim Hudiyono. 

Laki-laki asal Sidoarjo itu melakukan aksi dengan melepas baju. Ia berteriak menuntut Menteri Pendidikan Muhadjir Efendy menghentikan proses PPDB 2019. 

BACA JUGA: Kisruh PPDB Zonasi Surabaya, Ikhsan Akui Ada Salah Input Data

Nanang setelah aksi mengaku melakukannya secara spontan. "Tidak saya rencana, spontan saja," ujar Nanang, Kamis 20 Juni 2019. 

Sambil menangis dia marah dengan sistem zonasi. Sebab, anaknya yang memiliki nilai ujian 337,50 kesulitan mencari sekolah. Dua sekolah terdekat yang jadi tujuan sang anak cukup jauh jaraknya. 

SMAN 1 Gedangan memiliki jarak 3,3 kilometer dari rumahnya di Pepe Legi, sedangkan SMAN 1 Waru berjarak 4,3 kilometer. Zona yang bisa masuk didua sekolah itu terisi anak didik dengan jarak 1,3 kilometer. 

"Saya asal Sidoarjo. Bagi saya gak penting itu favorit. Yang penting negeri dan gratis," kata Nanang. 

BACA JUGA: Demonstran PPDB Minta Ikhsan Video Call Jokowi dan Risma

Setelah tahu nama anaknya berada di luar pagu, Nanang menyebut, anaknya lebih banyak diam. Usahanya belajar dengan giat selama ini tidak membawanya masuk ke sekolah negeri.

Putrinya tidak masuk di dua sekolah pilihannya. Sifat periang yang sering diperlihatkan, tidak tampak lagi.

"Setahun belakangan ini anak saya terus belajar. Saya ini kan sudah ditinggal istri. Gaji saya UMR. Anak saya lihat saya bekerja keras ingin membantu mengurangi beban dengan belajar giat," ungkap pria yang sehari bekerja teknisi alat kesehatan tersebut. 

"Sekarang dia diam. Sudah dua hari ini diam. Saya juga stres," beber Nanang. 

BACA JUGA: Sistem Zonasi Bermasalah, Armuji Usulkan Ada Toleransi

Menurut Nanang, sistem zona yang saat ini diterapkan membuat dunia pendidikan semakin terpuruk. Bukan lagi nilai yang dijadikan acuan, tetapi jarak dari sekolah.

Nanang menilai, seharusnya sistem zonasi juga dibarengi nilai. Tidak seratus persen zona atau jarak. "Seharusnya ya zona ya nilai," ungkapnya. 

Karena itu, Nanang berharap sistem zonasi ini ditunda, dan dilakukan kajian terlebih dahulu sebelum menerapkan. Ia mengancam akan tidur di Kantor Dindik Jatim kalau tidak dituruti.