Logo

Seratusan Siswa di Kabupaten Madiun Putus Sekolah, Dampak COVID-19 ?

Reporter:,Editor:

Kamis, 20 May 2021 08:20 UTC

Seratusan Siswa di Kabupaten Madiun Putus Sekolah, Dampak COVID-19 ?

HARI PERTAMA: Pelaksanaan pembelajaran tatap muka mulai dilaksanakan di SDN 1 Mejayan, Kabupaten Madiun, Senin 3 Mei 2022. FOTO. Nd.Nugroho/dokumen

JATIMNET.COM, Madiun – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Madiun mencatat ada 160-an siswa SLTP dan SLTA mengalami putus sekolah pada tahun 2020. Angka itu meningkat sekitar 80 persen dibandingkan tahun 2019 yang tercatat 92 siswa drop out.

Kepala Dikbud Kabupaten Madiun, Siti Zubaidah mengatakan peningkatan angka putus sekolah dinilai sebagai dampak pandemi Covid-19. Sebagian siswa terpaksa bekerja untuk membantu perekonomian keluarga yang terpuruk.

Selain itu, karena faktor menikah dini lantaran telah hamil di luar nikah. Ini berdasarkan informasi yang diakses pihak Dikbud dari Pengadilan Agama Kabupaten Madiun tentang pengajuan dispensasi kawin oleh anak-anak.

Namun, Siti mengaku belum menerima hasil rekapitulasi jumlah anak putus sekolah beserta faktor penyebabnya dari anak buahnya di Dikbud. “Masih didata lebih lanjut, termasuk nama – nama anak yang DO (drop out),” kata Siti, Kamis 20 Mei 2021.

Baca Juga: Tahapan PPDB SMP di Surabaya Dimulai Hari Ini, Berikut Alur dan Jadwalnya

Data itu nantinya akan dijadikan pedoman bagi pihak Dikbud melakukan pendampingan kepada anak yang bersangkutan. Salah satunya tentang penyampaian informasi tentang hak belajar mereka tetap dapat dipenuhi.

Bagi yang drop out pada jenjang SLTP dapat mengikuti kejar paket B. Sedangkan anak usia SLTA dapat mengikuti kejar paket C.  “Bagaimanapun juga, hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan mengejar cita-cita tetap harus dipenuhi,” ujar Siti.

Adapun pelaksanaan pendidikan non formal dijalankan oleh pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di sejumlah desa maupun kecamatan. Ini dengan dipantau oleh petugas dari Dikbud setempat. “Karena masih pandemi Covid-19, maka kegiatan belajarnya berlangsung secara daring. Ini sama dengan sekolah formal,” ujar mantan Camat Geger ini.