Logo

Santri Kesulitan Masuk Perguruan Tinggi

Reporter:,Editor:

Kamis, 12 November 2020 01:40 UTC

Santri Kesulitan Masuk Perguruan Tinggi

Anggota DPRD Jatim Muhammad Bin Muafi Zaini (dua dari kanan). Foto: Baehaqi.

JATIMNET.COM, Sampang - Anggota DPRD Jawa Timur Muhammad Bin Muafi Zaini mengaku banyak mendapat keluhan terkait infrastruktur dan indeks pembangunan manusia (IPM) saat menyerap aspirasi di daerah pemilihan (Dapil) Madura. 

"Pada umumnya keluhan masyarakat soal infrastruktur, keterbelakangan, terutama isu-isu di Sampang seperti IPM. Terus kondusifitas masyarakat," ujar politkus yang akrab disapa Gus Mamak, Rabu 11 November 2020. 

Dari semua keluhan itu, Gus Mamak coba mengurai. Memilah mana yang bisa dibantu sesuai kewenangan Pemprov Jatim. Semua hasil reses nantinya akan dibawa ke DPRD Jatim untuk dicarikan solusi bersama dengan eksekutif. 

"Jadi saya reses ini bukan hanya tempat curhat. Tapi tempat menemukan solusi juga. Apa yang bisa kita kontribusikan," ungkapnya. 

BACA JUGA: Penguatan Koperasi Masuk Raperda Pondok Pesantren

Di Kecamatan Ketapang, Sampang misalnya, politikus Partai Golkar itu medapat keluhan soal konektivitas antara pendidikan pondok pesantren dengan perguruan tinggi ternama.

Tidak seperti sekolah menengah lainnya yang sudah ada kerjasama antara dua lembaga. Seringkali santri lulusan pondok pesantren kebingungan saat ingin masuk ke pendidikan tinggi. 

Untuk yang satu ini, Gus Mamak meyakinkan bahwa santri masuk ke perguruan tinggi tidak sulit. Tinggal kemauannya dan keteguhannya untuk masuk menempuh pendidikan di kampus. 

Ia mendorong lebih banyak lagi santri yang masuk perguruan tinggi. Dengan begitu santri tidak hanya bertugas memberikan hal yang bersifat dogmatis. Namun juga berkontribusi positif pada pembangunan di Madura secara khusus. 

"Sehingga itu di alam bawah sadarnya kemudian membawa mereka untuk lebih masuk berkontribusi pada hal hari ini yang non pesantren. Misalkan seperti menjadi dokter, teknokrat, masuk universitas," kata dia.