Selasa, 17 July 2018 13:15 UTC
Ilustrasi. Desain Cheppy
JATIMNET.COM – Tahun ajaran baru 2018/2019 membuat sekolah swasta kelimpungan, karena jumlah anak didik yang mendaftar itu banyak lewat jalur mitra warga masuk di sekolah negeri. Hal itu menjadikan jumlah murid di sekolah swasta mengalami penurunan bukannya bertambah.
Mengenai hal terebut, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengaku kebingungan dengan kondisi penurunan siswa SD ke SMP yang mendaftar ke sekolah swasta. “Kita juga tidak tahu ke mana larinya anak-anak itu,” katanya, di Balai Kota Surabaya, Selasa, 17 Juli 2018.
Risma panggilan akrabnya juga mengungkapkan, kalau jumlah lulusan SD tahun ini lebih banyak ketimbang tahun lalu. “Kami (sekolah negeri) tidak mengambil banyak (murid baru),” tambah dia. Ia beralasan, untuk murid dengan ekonomi menengah ke atas lebih banyak memilih masuk ke pondok (boarding school).
Dampak dari menurunnya jumlah murid yang masuk berdampak pada berkurangnya jam pelajaran. Bahkan ada beberapa sekolah yang terpaksa mengurangi jumlah guru di tempatnya. Menanggapi hal itu, Risma bersama pihaknya bakal memberi solusi bagi guru sekolah swasta yang tak mendapat jam mengajar. “Ya kita akan pikirkan bagaimana jalan keluarnya,” katanya.
Ditanya soal penurunan di sekolah swasta di Surabaya yang mencapai separuh dari jumlah penerimaan tahun lalu, ia menyangkal. “Gak mungkin (ada), malah mungkin ada swasta yang bertambah besar penerimaannya. Tapi kan masyarakat berhak milih,” tambah Risma.
Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi mengatakan dari temuannya, ada beberapa sekolah swasta khususnya menengah ke bawah yang mengalami penurunan. Tak tanggung-tanggung, turunnya mencapai 50 persen.
“Ada sekolah yang mengeluh ke saya, dari tahun lalu dua rombongan belajar (rombel) menjadi satu rombel. Ada yang sebelumnya, 30 murid jadi 17 murid,” katanya, saat dihubungi JATIMNET.COM.
Kepala SMP 17 Agustus (SMP TAG) 1945 Surabaya Wiwik Wahyuningsih mengatakan, disekolahnya tahun lalu mendapat 120 murid baru, sementara tahun ini menjadi 60 murid yang dimasukkan ke dua rombel. Wiwik juga tak menyangkal, bila pihaknya terpaksa memangkas jumlah guru yang mengajar menyusul menyusutnya jumlah jam pelajaran. Untuk mencari solusi, Wiwik mengaku telah menemui Kepala Dinas Pendidikan Ikhsan.
“Beliau (Ikhsan) mengatakan para guru yang tidak kebagian jam pelajaran akan ditarik sebagai tenaga outsourching di Dindik dengan syarat melalui tes,” jelas Wiwik.
Namun ketika dikonfirmasi oleh JATIMNET.COM, Ikhsan enggan berkomentar. “Nanti lewat Pak Fikser (Kepala Humas Kota Surabaya) saja ya, satu pintu. Yang sabar ya,” tandas Ikhsan, saat ditemui di Balai Kota Surabaya.
Editor : Arif Ardliyanto
