Logo

Rawan Kecelakaan, KNKT: Jalur Banyuwangi-Jember Harus Dibangun Jalan Penyelamat

Reporter:,Editor:

Selasa, 18 August 2020 23:00 UTC

Rawan Kecelakaan, KNKT: Jalur Banyuwangi-Jember Harus Dibangun Jalan Penyelamat

KNKT. Investigator Senior KNKT, Achmad Wildan. Foto: Faizin

JATIMNET.COM, Jember – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun langsung melakukan investigasi atas kecelakaan truk beruntun yang terjadi pada Kamis 13 Agustus 2020. Peristiwa naas itu melibatkan 2 truk dan 4 motor serta menyebabkan 5 orang meninggal.

Dalam investigasi tersebut, KNKT menyimpulkan ada tiga kesalahan utama yang dilakukan Syaiful, sopir truk Fuso yang membawa muatan kedelai dari Banyuwangi. Pertama, saat melewati jalur menurun, justru masih menggunakan gigi persneling tinggi. 

Kesalahan dilanjutkan ketika brake fading (hilangnya fungsi rem alias rem blong), sopir justru menginjak rem berulang-ulang yang mengakibatkan tekanan angin tekor. Hal ini mengakibatkan pedal rem dan pedal kopling tidak bisa digunakan. Kesalahan terakhir, ketika pedal rem dan pedal kopling sudah tak berfungsi, pengemudi justru memindahkan perseneling ke gigi rendah. 

“Pada kondisi seperti ini, sudah tidak ada lagi harapan, alias ngeblong,” ujar Investigator Senior KNKT, Achmad Wildan, saat memberikan paparan di kantor Dinas Perhubungan Jember. Pemaparan dilakukan KNKT di hadapan Dinas Perhubungan, Polda Jatim dan Organda Jember.

Sopir tersebut kini sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Dirlantas Polda Jatim. Kondisi rem blong saat kecelakaan ini juga seperti yang disampaikan polisi dalam penyelidikan. Namun, dari investigasi KNKT, kondisi rem pada truk Fuso tersebut sebenarnya masih baik sebelum melintasi turunan. Kepada KNKT, sopir juga mengaku menjalankan truk dengan kecepatan normal.

BACA JUGA: Usai Memakamkan Pasien Covid-19, Mobil Ambulans dan Polisi Alami Kecelakaan

Berkurangnya kekuatan rem (brake fading ) disebabkan karena sopir truk mengerem kendarannya secara berkali-kali sembari terus membunyikan klakson. Hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, karena jalur menurun cukup panjang panjang. “Jadi (penyebabnya) kombinasi. Pertama karena pengemudi berkali-kali mengerem, lalu dia berkali-kali mengklakson,” tutur Wildan.

Truk Fuso tersebut mengalami rem blong setelah melewati jalur Gunung Gumitir, perbatasan Jember-Banyuwangi yang selama ini dikenal sangat curam dan kerap terjadi kecelakaan. Menurut KNKT, rem kendaraan bisa menjadi blong karena dua hal. 

Yakni karena malfunction atau kerusakan alat serta karena kesalahan si pengemudi. “Dalam kasus ini, dia melakukan kesalahan prosedur mengemudi sehingga terjadi brake fading,dan angin tekor,” papar Wildan.

Tak hanya dari sisi pengemudi yang kini sudah menjadi tersangka. KNKT juga melihat perlu evaluasi menyeluruh yang harus dilakukan pemerintah atas kecelakaan yang memang sudah sering terjadi di jalur penghubung Jember-Banyuwangi itu.

Menurut Wildan, dari sisi sains, jalur sekitar Gunung Gumitir yang memang ekstrim, memang sangat potensial menyebabkan rem blong. Sebab, jalur tersebut menurun dalam jarak yang amat panjang, yakni 15 kilomer.

BACA JUGA: Gunakan APD, Tim Medis Evakuasi Korban Kecelakaan di Gresik

“Berdasarkan standar keamanan internasional yang dibuat oleh International Road Assessment Programme (IRAP), setiap 1 kilometer jalan menurun, harus disediakan forgiving road, jalur yang memaafkan (jalan penyelamat). Di sini, tidak ada sama sekali. Sehingga potensi terjadi kecelakaan seperti itu sangat mungkin. Walau teknologi otomotif sudah menyediakan alternatif untuk mengatasi apa yang tadi disebut auxiliary brake, tapi kan tidak semua pengemudi tahu,” tutur Wildan.

Jalur penyelamat tersebut cukup di bangun di salah satu sisi jalan, yakni di jalur menurun saja. “Sebelahnya yang memenanjak. Dan harus di bangun di kiri jalan, tidak boleh menyeberang, bahaya nanti,” jelas Wildan.

Karena termasuk jalan nasional penghubung antar provinsi, maka kewajiban tersebut ada di pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR). “Ya kalau saya jadi menterinya, saya pasang jalur penyelamat minimal empat atau lima. Tapi minimal dua dulu ajalah,” papar Wildan.

Meski demikian, Wildan mengakui pembangunan jalur penyelamat, selain anggaran, juga akan terkendala masalah pembebasan lahan. “Makanya harus kerjasama dengan Pemkab Jember untuk mendekati masyarakat dalam hal pembebasan lahan,” papar Wildan.

BACA JUGA: Ibu dan Anak Diduga Jadi Korban Kecelakaan di Jalur Pantura Probolinggo

Untuk skala prioritas, KNKT akan meminta kepada Balai Besar Pemelihara Jalan Nasional (BBPJN) VIII, untuk membangun papan peringatan. Yakni sebagai informasi kepada pengemudi agar menurunkan persneling dan mencegah hal-hal lain yang bisa menyebabkan rem yang semula baik menjadi blong. “Papan peringatan kan tidak begitu mahal,” pungkas Wildan.

Informasi tentang penyebab rem blong seperti dalam kecelakaan di Kecamatan Silo, Jember pekan lalu, ternyata belum banyak diketahui oleh pengemudi. “Saya juga baru tahu, ternyata rem blong itu ada beberapa faktor. Ini wawasan baru,” papar Sutikno, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jember, yang turut diundang dalam pemaparan dari KNKT tersebut.

Karena itu, Organda materi tersebut bisa diberikan dalam pelatihan yang tiap tahun dilakukan oleh pemerintah kepada pengemudi angkutan umum dan barang.
Organda juga berharap, usulan pembangunan jalan penyelamat dari KNKT, bisa segera dilaksanakan pemerintah. “Karena di sana juga sudah sering terjadi kecelakaan,” pungkas pengusaha bus angkutan antar kota dan antar provinsi (AKAP) ini.