Selasa, 11 August 2020 00:00 UTC
PEMBERIAN. Wali Kota Hadi Saat Memberikan Sertifikat Bagi 9 Pelaku Usaha dan Tujuan Wisata Kota Probolinggo.
JATIMNET.COM, Probolinggo - Guna memulihkan kembali di sektor perekonomian, terutama menyangkut masalah pariwisata di Kota Probolinggo. Pemerintah kota setempat mengambil kebijakan, dengan memberikan sertifikat bagi sembilan pelaku usaha pariwisata.
Sertifikat itu sendiri, sebagai jaminan pelaku wisata menerapkan kebiasaan baru dan telah sudah diverifikasi memenuhi syarat protokol kesehatan. Sertifikat tersebut diberikan langsung oleh Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin di areal TRA Kolam Renang Bayuangga, Kota Probolinggo, Senin 10 Agustus 2020.
Terdapat sembilan tujuan dan usaha wisata, yang memperoleh sertifikat diantaranya adalah Bromo Park Hotel, Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL), Hotel Ratna, Pantai Permata Pilang, Orin Hall and Resto, DnC, Widya Harja, BJBR dan Paseban Sena.
Wali Kota Hadi mengatakan, pemerintah menerapkan kebijakan adaptasi baru, agar sektor perekonomian di bidang pariwisata yang sempat terpuruk karena dampak Covid-19, bisa kembali bergerak. Tentunya pemulihan sendiri menurut Hadi, harus diikuti dengan penerapan protokol kesehatan yang benar, di lokasi tujuan usaha dan wisata Kota Probolinggo.
BACA JUGA: Pemerintah Terus Matangkan Pembukaan Bromo
”Jangan awal-awalnya saja ketat, terus kendor lagi. Jangan salahkan kalau kami cabut izinnya, jangan karena sudah dapat sertifikat terus lengah atau tidak melaksanakan protokol kesehatan. Kami mengambil kebijakan terbaik untuk semua. Mudah-mudahan berjalan sesuai harapan,” imbau Wali Kota Hadi.
Bahkan, ia juga mempertanyakan ke para pelaku wisata supaya benar-benar menerapkan protokol kesehatan. “Saya mau tanya dulu, sanggup tidak?," tanya Wali Kota Hadi kepada pelaku wisata
Meski para pelaku wisata mengaku sanggup, mereka yang mendapatkan sertifikat terang Wali Kota Hadi, akan tetap dilakukan pemantauan oleh tim assessment di Kota Probolinggo.
Wali Kota Hadi juga mengingatkan, pengelola gedung atau penyelenggara acara yang bekerjasama dengan katering, harus menyediakan petugas yang mengambilkan makanan atau minuman.
BACA JUGA: SOP Protokol Kesehatan Bromo-Tengger-Semeru Perlu Dibahas Empat Kabupaten
Dimana tamu tidak diperbolehkan, mengambil makanan dan minuman sendiri-sendiri. Apabila hal itu tetap terjadi, konsekuensinya pemilik gedung dan pihak katering bakal dapat teguran. Selain itu penerapan protokol kesehatan itu sendri dengan jaga jarak, memakai masker dan menyediakan tempat cuci tangan.
”Kalau jamuan makan ambil sendiri-sendiri, ini yang tidak boleh. Kami melarang ini sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19," katanya.
Hal sama juga berlaku pada pelaku sektor pariwisata, seperti pengelola tujuan wisata di Kota Probolinggo. Mereka diminta tegas, terhadap pengunjung yang tidak memakai masker , guna kenyamanan dan keamanan dari Covid-19.
”Nantinya akan dibantu kepolisian dan TNI, kami saling menjaga dan mengawal kebijakan yang sudah diambil. Kami memberikan kebebasan aktivitas tentunya dengan mengedepankan protokol kesehatan,” tandasnya.
Bupati Probolinggo Tandatangani SOP Reaktivasi Bromo Tengger Semeru
Wali Kota menambahkan, saat ini Kota Probolinggo berada di zona oranye, dan harapannya segera kuning dan kembali ke zona hijau seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu.
Sementara Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Kota Probolinggo Budi Krisyanto mengatakan pemantauan pelaku usaha dan tujuan wisata, akan dilakukan secara berkala dimana merujuk Keputusan Menteri nomor : HK.O1.07/MENKES/382/2020 tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum, dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19.
Dimana sebut Budi Kris, protokol kesehatan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif , disusun berlandaskan atas tiga isu utama yaitu kebersihan, kesehatan dan keamanan.
Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur sendiri lanju Budi Kris, menyatakan Kota Probolinggo termasuk kota yang melakukan akselerasi dalam pemulihan ekonomi.
Terpisah Kepala UPTD IPLH, Kota Probolinggo Akbarul Huzaini menyebutkan, Sejak dibuka pada 1 Juli hingga saat ini, jumlah pengunjung TWSL berkurang dibanding sebelum pandemi. Penurunan terjadi 50 sampai 60 persen.
"Melalui adanya pemberian sertifikat, kami sudah siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Kami juga sudah menyiapkan face shield petugas, thermo gun, bilik disinfektan, jalur satu arah sudah kami atur,” ujar pria yang juga pengelola TWSL (Taman Wisata Study Lingkungan) tersebut.
