Logo

PT INKA Bidik Pasar di Empat Negara

Reporter:,Editor:

Sabtu, 02 February 2019 13:40 UTC

PT INKA Bidik Pasar di Empat Negara

Pabrik perakitan kereta api. Foto: Dok.

JATIMNET.COM, Madiun – PT Industri Kereta Api atau INKA (Persero) membidik sejumlah negara seperti Australia, Taiwan, New Zealand, dan Amerika Selatan untuk dijadikan pasar baru.

“Sasarannya negara yang lebih mengutamakan kualitas dibandingkan harga,” ujar Direktur Teknologi dan Komersial PT Industri Kereta Api atau INKA (Persero) Agung Sedaju, Sabtu 2 Februari 2019.

BACA JUGA: Gandeng Stadler Rail Group, PT INKA Siap Mendunia

Selama ini, kata Agung, negara itu sulit ditembus PT INKA. Untuk menembusnya, beberapa hari lalu PT INKA sudah menemui sejumlah calon duta besar dari negara-negara tersebut yang bakal berdinas di Surabaya.

Keinginan membidik pasar baru, menurut Agung karena jumlah produksi PT INKA bakal bertambah seiring dengan beroperasinya pabrik baru PT INKA di atas lahan seluas 83 hektare di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi yang dimulai pada pertengahan 2020.

BACA JUGA: PT INKA Kirim 15 Kereta ke Bangladesh

Saat ini, pembangunan pabrik baru tersebut masih tahap menunggu terbitnya syarat administrasi berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). “Diperkirakan keluar pertengahan Februari ini. Setelah semua keluar, proses pembangunan akan dijalankan," ujar Agung.

Menurut dia, proyek pembangunan gedung pabrik baru ditargetkan rampung hingga akhir 2019. Tahap selanjutnya, adalah gedung dengan fasilitas produksi yang terdiri dari mesin dan peralatan teknis. Kegiatan itu direncanakan berlangsung hingga Maret-April 2020. Pada pertengahan tahun depan proses produksi bakal dijalankan.

BACA JUGA: PT INKA Siapkan Rp 951 Miliar untuk Belanja Modal

Untuk menjalankan proyek itu, ia melanjutkan, PT INKA akan membelanjakan modal sebesar Rp 951 miliar pada tahun ini. Dana tersebut termasuk PMN (Penyertaan Modal Negara) yang masih tersisa dan modal internal PT INKA. Sekitar 85 persen atau Rp 808,3 miliar di antaranya untuk memenuhi kebutuhan fasilitas produksi, seperti bangunan workshop, mesin dan peralatan.