Selasa, 28 January 2020 10:05 UTC
PRESIDEN PERSEBAYA: Presiden Persebaya Azrul Ananda saat di posko pemenangan pilwali Surabaya bersama Machfud Arifin. Foto: Ist
JATIMNET.COM, Surabaya - Ketegasan mengenai penjelasan dari Presiden Persebaya Azrul Ananda dalam blog pribadinya, tidak berpolitik di Pilkada 2020 mendapat apresiasi dari Machfud Arifin Calon Wali Kota Surabaya.
Dalam blong pribadi www.happywednesday.id, mantan CEO Jawa Pos itu menyampaikan, hanya memberikan dukungan secara pribadi kepada Machfud Arifin, namun tidak akan maju untuk jabatan politik apa pun.
”Saya berkali-kali menegaskan, bahwa saya sama sekali tidak punya ambisi menjadi gubernur, wali kota, atau jabatan politik apa pun,” tulis Azrul dalam blog pribadinya. ”Tapi, sebagai pribadi, sebagai warga Surabaya yang begitu mencintai kota ini, saya sangat khawatir terhadap masa depannya. Mau dibawa ke mana? Mau jadi apa?,” katanya.
Sementara Machfud Arifin mengaku terharu dengan dukungan Azrul Ananda. Sebagai tokoh muda di Surabaya, Azrul tulus mendukung dirinya itu untuk maju sebagai calon wali kota pada pilwali September nanti.
BACA JUGA: Presiden Persebya Tepis Maju Soal Mendampingi Machfud Arifin di Pilwali Surabaya
Tidak ada embel-embel mau menjadi wakil wali kota atau jabatan apa pun. "Azrul ini sudah seperti keponakan saya. Saya bersahabat sudah lama dengan ayahnya, Pak Dahlan," kata Machfud seperti rilis diterima jatimnet.com, Selasa 28 Januari 2020.
Menurutnya, Azrul adalah orang muda yang hebat mampu menyelenggarakan event olahraga besar. Seperti kompetisi basket SMA dari Aceh sampai Papua yang diikuti dan ditonton jutaan anak muda. Lalu ada Persebaya yang menjadi kebanggaan Surabaya.
Khusus Persebaya, Machfud sendiri mengaku prihatin. Di saat Bajol Ijo berusaha profesional dan mandiri, pemerintah kota tidak mendukung. Bukan dukungan finansial, namun kemudahan berlatih dan bermain di Surabaya saja sulit didapatkan.
"Saya tahu, kalau Persebaya ini tidak pernah bisa berlatih di Surabaya, di Tambaksari (Gelora 10 November). Padahal klub dari kota bahkan pulau lain bisa berlatih di sana. Iki jenenge lak mendem mangan sabun Rek," kritiknya.
BACA JUGA: Perbaikan Image Bonek Perlu Dukungan Semua Pihak
Persebaya, kata Machfud, adalah bagian penting bagi Surabaya. Hiburan warga, alat pemersatu, hingga pengungkit ekonomi warga. Seperti saat Persebaya bermain, berapa banyak pedagang yang bisa jualan.
"Begitu banyak penjual makanan, minuman, kaus, dan merchandise Persebaya. Bahkan, Persebaya juga memberikan pemasukan ke Pemkot melalui sewa stadion,".
Karena itu, dia heran saat Persebaya seolah menjadi anak tiri di kota sendiri. Latihan harus mengungsi ke Sidoarjo karena Gelora 10 November tidak mendapatkan izin.
Menggunakan Gelora Bung Tomo untuk pertandingan pun terancam terusir karena alasan renovasi menjelang Piala Dunia U-20. Berkat aksi Bonek dan beberapa pihak lain, Pemkot akhirnya tetap mengizinkan Persebaya ber-homebase di Surabaya tahun ini.
Belum lagi masalah Wisma Persebaya di Karanggayam. Persebaya harus terusir dari sana sejak pertengahan tahun lalu. Padahal, di sanalah pembinaan pemain usia dini Persebaya dilakukan.
Sudah begitu banyak bintang Persebaya maupun timnas yang lahir dari kompetisi junior di Karanggayam. Seperti almarhum Rusdy Bahalwan, Bejo Sugiantoro, Uston Nawawi, Rendi Irwan, hingga bintang muda seperti Rizky Ridho yang kini membela timnas U-19.
”Sebenarnya, sudah menjadi kewajiban wali kota Surabaya, siapa pun itu, untuk mendukung Persebaya. Bukan dalam bentuk finansial, namun kemudahan. Karena Persebaya adalah ikon Surabaya,” tegas Machfud.