Logo

PPKM Diperpanjang, Eri Cahyadi: Tidak Ada Istilah Ekonomi di Surabaya Mati

Reporter:,Editor:

Selasa, 09 March 2021 00:20 UTC

PPKM Diperpanjang, Eri Cahyadi: Tidak Ada Istilah Ekonomi di Surabaya Mati

PENEGAKAN PROKES. Petugas gabungan dari Pemkot Surabaya mensosialisasikan protokol kesehatan di pasar tradisional untuk mencegah penyebaran Covid-19. Foto: Pemkot Surabaya

JATIMNET.COM, Surabaya - Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala Mikro di Surabaya akan diperpanjang, mulai tanggal 9 hingga 21 Maret 2021. Hal itu merujuk dari Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 5 tahun 2021 tentang Perpanjangan PPKM mikro.

Sebab, dalam evaluasi pelaksanaan PPKM dinilai efektif bisa mengendalikan dan menurunkan penyebaran kasus Covid-19. Baik itu pada tahap I dan II, menunjukkan hasil penurunan kasus yang signifikan.

Meski demikian, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berharap masyarakat tetap disiplin dengan ketat menjaga protokol kesehatan. Bahkan ia secara tegas, walaupun di tengah pandemi roda perekonomian di Kota Pahlawan tetap jalan.

Baca Juga: Cegah Covid selama PPKM, Sentra PKL dan Jalan Protokol di Surabaya Ditutup Terbatas

Sebab, bagi mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) ini apa yang dilakukannya itu sudah menjadi komitmen Pemkot Surabaya, di samping upaya pengendalian kasus Covid-19, ekonomi harus tetap jalan walaupun PPKM mikro diperpanjang ataupun tidak. "Jadi tidak ada lagi istilah ekonomi di Surabaya ini mati," ia menegaskan, Senin 8 Maret 2021.

Eri meminta kepada seluruh masyarakat juga dapat turut serta menjadi bagian dalam pembangunan. Salah satunya adalah turut membangun kepedulian warga terhadap penegakan protokol kesehatan. "Sebab kalau hanya pemerintah saja, maka itu akan sulit dilakukan tanpa adanya dukungan dari masyarakatnya," ia menjelaskan.

Menurutnya, apabila masyarakat abai terhadap protokol kesehatan, maka tidak memungkinkan jika kasus penularan Covid-19 di Surabaya dapat semakin meningkat.

"Kalau ekonominya ingin bergerak maka tolong dijaga prokesnya. Kalau terlalu bebas, nanti bisa naik lagi (kasus Covid-19). Nah, ini yang jangan sampai terjadi di Surabaya," ia mengungkapkan.