Minggu, 14 October 2018 00:38 UTC
Pemilik ESM Collection Ermien Setyawati berpose dengan tas berbahan baku bekas kertas pembungkus semen di Jatim Fair 2018 di Grand City Surabaya, Sabtu 13 Oktober 2018. Foto Afiyah Romadhoni.
JATIMNET.COM, Surabaya – Siapa sangka tas jinjing bermotif batik itu berbahan limbah. Desainnya elegan, detilnya rapi. Terpajang di rak salah satu stan pameran Jatim Fair 2018 di Grand City Surabaya, benda itu terlihat memesona di mata.
“Bahan utamanya bekas kertas semen,” kata pemilik ESM Collection Ermien Setyawati, industri rumahan pengguna stan itu, Rabu 10 Oktober 2018.
Menurut dia, kertas bekas pembungkus semen merek apapun bisa jadi bahan baku utama. Hanya saja perlu kehati-hatian ekstra agar kertas tak mudah robek. “Karena tidak seperti kain,” kata perempuan 64 tahun itu.
Sebelum jadi bahan baku utama pembuatan tas, kertas bekas pembungkus semen butuh perlakuan khusus. Mula-mula dua lapisan kertas dipisahkan dan dibersihkan. Setelahnya, masuk ke tahap pembuatan motif di permukaan kertas.
BACA JUGA: Clutch Bag Lucu nan Unik dari Kulit Kayu
Ermien banyak membuat motif batik jumput untuk mempercantik tasnya. Kertas yang sebelumnya sudah dibersihkan diikat laiknya membuat batik jumput pada kain. Berikutnya, kertas direbus untuk proses pewarnaan. Sekitar sepuluh menit direbus, kertas diangkat dan dikeringkan. Ikatan dibuka dan kertas dijemur. Setelah kering lalu disetrika.
Pada tahap berikutnya, ia melanjutkan, tas dipotong sesuai pola yang diinginkan. “Sebelum dijahit, dilem dulu,” katanya.
Ermien juga membuat produk lain selain tas. Di antaranya dompet, bunga-bungaan, serta lukisan. Prosesnya hampir serupa. Hanya saja, kata dia, ia jarang mengubah kertas bekas pembungkus semen jadi bunga-bungaan karena prosesnya lebih lama. “Saya jenuh,” katanya.
Adapun untuk lukisan, ia melanjutkan, setelah bahan baku siap, ia melukis motif batik di permukaan kertas. Agar lebih cantik, lukisan dipigura. “Batik itu unik,” katanya beralasan tentang kegemaran menuangkan motif batik pada produknya.
Ia mengklaim, selain menawarkan keunikan bahan baku dan motif, produknya juga ramah lingkungan. Ia menerapkan teknik ecoprint dalam proses pewarnaan. Cara ini disebutnya alami karena memanfaatkan daun dan tumbuhan sebagai pengganti zat kimia.
Wanita asal Surabaya itu mematok harga bervariasi untuk tiap produknya. Dompet kecil penyimpan koin dijual Rp 10 ribu dan lukisan lengkap dengan pigura Rp 500 ribu. Sedangkan tas rata-rata seharga Rp 200 ribu.
Dibeli Wali Kota Liverpool
Semua bermula pada 2011. Tujuh tahun lalu, Ermien mengikuti sebuah workshop yang digelar dinas koperasi Jawa Timur. Di sana, peserta diajarkan memanfaatkan kertas bekas pembungkus semen menjadi lebih berguna. “Saya berinisiatif untuk mengolahnya jadi tas,” katanya.
Meski workshop daur ulang kertas pembungkus semen berlangsung sekali, Ermien tak ragu mencoba berkali-kali. Bahkan pasca workshop rampung, ia masih sering berkonsultasi pada mantan pemateri. Hasilnya, ia berhasil membuat produk tas yang unik dan kreatif sesuai keinginannya.
BACA JUGA: Kotoran Sapi Bisa Menjadi Sumber Energi Listrik
Pada awal merintis usaha, Ermien mempekerjakan beberapa karyawan. Mereka umumnya tetangga di sekitar rumah. “Tapi sekarang tinggal satu karyawan saja,” katanya.
Selama ini, produk tas Ermien lebih banyak diperdagangkan dari satu pameran ke pameran UMKM, selain dijual di rumah. Tak ada gerai khusus untuk memajang produknya. Toh demikian, produknya cukup dikenal.
Beberapa waktu lalu, sebuah panggilan dari petugas dinas koperasi yang menggelola sentra UKM di Siola Surabaya datang. Sebuah kabar gembira tiba, Wali Kota Liverpool Inggris tertarik dengan tas buatannya. Ia membeli produk Ermien hingga senilai Rp 6 juta.
