Logo

Persaingan Ketat di Pilkada Jember antara Petahana dan Penantang Hanya Selisih 0,4 Persen Suara

Reporter:,Editor:

Sabtu, 05 December 2020 10:20 UTC

Persaingan Ketat di Pilkada Jember antara Petahana dan Penantang Hanya Selisih 0,4 Persen Suara

SURVEI PILKADA JEMBER: Lembaga survei Politika Research and Consulting (PRC) merilis tentang tingkat elektabilitas tiga pasangan calon (paslon) dalam Pilkada Jember 2020, Sabtu 5 Desember 2020. Foto: Faizin

JATIMNET.COM, Jember – Empat hari menjelang pemungutan suara, lembaga survei Politika Research and Consulting (PRC) merilis tingkat elektabilitas tiga pasangan calon (paslon) dalam Pilkada Jember 2020. 

Persaingan ketat diprediksi akan terjadi antara paslon nomor urut 01 Faida - Dwi Arya Nugraha Oktavianto (Faida-Vian) dan nomor urut 02 Hendy Siswanto - Balya Firjaun Barlaman (Hendy - Firjaun). 

Menurut hasil survei dengan pertanyaan tertutup atau close option dengan menunjukkan gambar ketiga paslon, petahana calon Bupati Faida yang berpasangan dengan pengusaha muda, Vian, diprediksi unggul tipis 0,4 persen dari pesaing beratnya, Hendy-Firjaun. Sedangkan paslon nomor urut  03 Abdussalam - Ifan Ariadna Wijaya (Salam - Ifan) masih di bawah keduanya. 

“Persaingan ketat diprediksi terjadi antara antara paslon 01 dan 02 bakal terjadi pada Pilkada 9 Desember 2020 nanti. Antara Faida-Vian dengan Hendy-Firjaun, masih memiliki peluang yang sama dalam memenangkan Pilkada 2020, dilihat dari selisih hasil survei yang  unggul tipis,”  ujar Direktur Riset PRC Miftahul Munir pada konferensi pers di salah satu kafe di Jember, Sabtu, 5 Desember 2020.

BACA JUGA: Koalisi Besar Pesaing Petahana Bupati di Pilkada Jember Pecah

Sebelum diberikan pilihan untuk memilih salah satu paslon, responden diberikan pertanyaan terbuka atau top of mind dengan tidak memberikan foto dan nomor urut paslon kepada responden. Hasilnya, Faida-Vian memperoleh suara 31,8 persen, Hendy-Firjaun 30,4 persen, dan Abdussalam-Ifan 11,4 persen. 

“Dalam top of mind, persaingan ketat juga terjadi antara paslon nomor urut 01 dan 02 dengan selisih hanya 1,4 persen suara,” tutur Munir. 

Sedangkan 25,4 persen responden sisanya tidak menjawab (TM) atau menyatakan tidak tahu (TT) saat diberikan pertanyaan terbuka tentang pilihan di Pilkada Jember 2020.

Setelah ditunjukkan gambar paslon, sebagian kecil dari mereka yang sebelumnya tidak menjawab atau tidak tahu akhirnya menentukan pilihan ketika ditanya dengan metode close option tersebut.

BACA JUGA: Koalisi Besar Pesaing Petahana Bupati di Pilkada Jember Pecah

Dengan metode close option atau pilihan tertutup, Faida-Vian mendapat tambahan suara 4,2 persen menjadi 35,6 persen dan Hendy-Firjaun mendapat tambahan suara 4,8 persen menjadi 35,2 persen.

Sedangkan Salam-Ifan tetap di peringkat tiga dengan tambahan hanya 1,2 persen suara menjadi 12,6 persen. Dan responden yang tidak menjawab dan tidak tahu berkurang menjadi 16,6 persen.

“Mereka yang sebelumnya tidak menjawab atau tidak memilih menjadi memilih setelah ditunjukkan kartu bantu berupa foto dan nomor urut paslon. Ini bisa terjadi antara lain karena keterbatasan pendidikan dan sebagainya,” kata Munir.

Persaingan ketat diprediksi terjadi pada perebutan suara dari mereka yang belum menentukan pilihan yang mencapai 16,6 persen responden yang belum atau tidak menentukan pilihan.

BACA JUGA: Di Balik Pengalaman Penyelenggara Pemilu di Jember Sembuh dari Covid-19

Survei PRC dilakukan pada 26 November 2020 hingga 2 Desember 2020 kepada 500 responden yang tersebar secara proporsional di seluruh kecamatan yang ada di Jember.

Survei dilakukan dengan metode multi-stage random sampling dan confidence level sebesar 95 persen dengan margin of error (tingkat kesalahan) 4,5 persen.

Survei yang dirilis PRC ini menjadi survei pertama dan satu-satunya yang dirilis terbuka kepada publik selama masa Pilkada Jember 2020. CEO PRC Rio Prayoga menegaskan survei dilakukan secara independen dengan tidak didanai kelompok yang konflik kepentingan.

Dengan persaingan yang ketat, Rio menegaskan kunci kemenangan berada pada mereka yang bisa memobilisir calon pemilih terutama yang belum menentukan pilihan. Ini jadi tantangan berat karena dalam masa pandemi diperkirakan jumlah pemilih yang datang ke TPS menurun. 

“Di masa pandemi, siapa yang bisa memobilisir massa dan membuat isu strategis di hari akhir (menjelang coblosan), maka dia yang akan memenangkan pemilihan. Partisipasi politik yang tinggi, itu yang akan menentukan kemenangan,” kata Rio.