Logo

Penyebab Paus Terdampar, Ini Pendapat Pakar Biologi ITS

Menyikapi Puluhan Paus yang Terdampar di Bangkalan, Disarankan Bangkainya Dibuang ke Laut
Reporter:,Editor:

Minggu, 21 February 2021 11:40 UTC

Penyebab Paus Terdampar, Ini Pendapat Pakar Biologi ITS

PAUS TERDAMPAR. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ikut mengevakuasi paus yang terdampar dan mati di pantai Desa Patereman, Kec. Modung, Kab. Bangkalan, Madura, Jumat, 19 Februari 2021. Foto: Pemprov Jatim

JATIMNET.COM, Surabaya – Sedikitnya 45 ekor ikan paus terdampar di Pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Madura, Kamis, 18 Februari 2021. Kepala Departemen Biologi Fakultas Sains dan Analitika Data Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Dewi Hidayati memberikan ada beberapa penyebab ikan paus terdampar berdasarkan referensi ilmiah yang diketahuinya.

Berdasarkan beberapa jurnal dan laporan media massa, pakar Biologi kelautan ini mengungkapkan dalam periode tertentu ikan paus akan melakukan migrasi yang dilakukan secara berkelompok. Umumnya, paus yang bermigrasi melalui perairan Indonesia adalah jenis paus pilot atau short-finned pilot whale.

Puluhan ikan paus yang terdampar tersebut diperkirakan berasal dari perairan Australia dan akan melewati perairan Indonesia. Dalam sebuah jurnal di journals.org tentang aktivitas migrasi paus mengungkapkan bahwa migrasi akan mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Mei.

BACA JUGA: Puluhan Paus Terdampar di Perairan Madura

“Pada penelitian tersebut dan juga beberapa laporan lain menyebutkan bahwa paus umumnya akan melewati jalur yang sama untuk bermigrasi,” kata Dewi.

Berbicara tentang kemampuan paus yang bisa mengingat jalur yang dilalui setiap tahunnya, hal ini bisa dilakukan berkat adanya biomagnetik. Dewi menjelaskan yang dimaksud biomagnetik adalah zat yang berada pada retina cetacea atau mamalia laut yang mempunyai fungsi sebagai indra magnetis yang membantu mereka mengetahui arah bergerak.

“Hal ini membuat paus peka terhadap perubahan medan magnet bumi,” ia menjelaskan.

Dalam sebuah referensi artikel ilmiah berjudul In-depth Whale Navigation: Navigating the Long Way Home karya Robin Marks dikatakan bahwa paus yang mengikuti ‘jalur’ magnet ini kemungkinan besar akan terdampar di daerah yang jalurnya berbelok.

“Kemungkinan termasuk di beberapa perairan pantai Pulau Madura dan kawasan Selat Madura,” ia mengungkapkan.

Dewi memprediksi jika perubahan yang terjadi pada navigasi paus bisa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, mulai dari cuaca yang ekstrem, gelombang sinar matahari, perubahan garis pantai, paus sakit, dan bisa saja dari aktivitas kilang minyak yang berada di sekitar perairan.

BACA JUGA: Paus Mati Terdampar di Lumajang, Ini Penyebabnya Versi BPSPL

“Karena ada juga referensi yang mengatakan bahwa rig (bangunan lepas pantai) dijadikan patokan magnetik bagi paus,” ia menambahkan.

Peta pergerakan migrasi paus tiap bulannya. Sumber: journals.plos.org

Salah satu dosen yang merupakan anggota Laboratorium Zoologi dan Rekayasa Hewan Biologi ITS ini menyimpulkan sebenarnya banyak teori terkait anomali ini karena banyak kasus yang terjadi namun penyebabnya belum diketahui secara pasti. Ia mengamati bahwa pada saat ini masyarakat dengan kearifan lokalnya telah melakukan beberapa upaya penyelamatan.

Diharapkan ke depan, masyarakat lokal bersama institusi terkait dapat membuat protokol langkah mitigasi dalam menangani kasus paus yang terdampar. Pasalnya, tidak hanya sekali terjadi di Indonesia. Dengan respons yang tanggap dari masyarakat diharapkan bisa membantu paus kembali melakukan perjalanan migrasinya.

“Besarnya tubuh paus lah yang menyebabkan ia tak dapat bermanuver kembali ke laut, sehingga dibutuhkan bantuan langsung dari manusia,” tuturnya.

Dewi menganjurkan langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah paus terdampar di pantai adalah memprediksi kapan dan dimana peristiwa paus biasanya terdampar.

“Bisa digalakkan untuk membangun pos paus di sekitar pantai. Pos ini berfungsi sebagai pemantau kondisi pantai, juga bisa sebagai media edukasi paus,” ia menerangkan.

BACA JUGA: 17 Paus Terdampar di Pantai Kolo Udju

Apabila masyarakat melihat paus-paus terdampar, ia menganjurkan untuk menjaga paus tetap dalam keadaan basah karena penyebab paus mati disebabkan karena kehilangan kadar air di tubuhnya secara drastis. Langkah ini bisa dilakukan dengan menyiramnya dan membasahi tubuh dengan air laut atau dengan segera melepasnya ke laut kembali.

Bahkan jika tidak memungkinkan, untuk mengurangi penderitaan, beberapa referensi ilmiah menyarankan dilakukan euthanasia atau pencabutan nyawa yang tidak menimbulkan rasa sakit atau meminimalkan rasa sakit. Hal ini dikutip dari beberapa referensi dan salah satunya dari buku National Guidance on the Management of Whale and Dolphin Incidents in Australian Waters.

Mengenai perlakuan bangkai paus yang ada, Dewi menyarankan untuk dibuang ke laut karena dengan bangkai yang membusuk dapat dijadikan sebagai sumber makanan predator yang dapat berkontribusi pada rantai makanan laut.

“Atau mungkin dari rangka paus yang mati bisa dijadikan sebagai sumber bahan pengajaran untuk mengembangkan studi tentang mamalia laut ini,” ujarnya.