Selasa, 04 September 2018 07:03 UTC
Menko Perekonomian Darmin Nasution mendorong hasil perekebunan untuk dijadikan komoditas ekspor guna menekan defisit transaksi berjalan. FOTO: Rochman Arief.
JATIMNET.COM, Jakarta – Pemerintah mulai merinci daftar komoditas ekspor yang dalam jangka pendek untuk mengurangi defisit transaksi berjalan pada triwulan kedua 2018.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan rincian komoditas tersebut meliputi tujuan ekspor yang diharapkan tersedia hingga dua hari ke depan.
“Ada penugasan ke Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri ESDM untuk membuat rincian dari rencana peningkatan ekspor dengan matriks komoditasnya dan tujuannya,” kata Darmin, Antara, Selasa 4 September 2018.
Darmin mengungkapkan beberapa komoditas yang potensial untuk masuk dalam daftar adalah batu bara, hasil perkebunan, dan beberapa industri manufaktur.
Tetapi dia juga mengingatkan agar mempertimbangkan kondisi perdagangan global yang masih belum pasti. Sebab saat ini terjadi perlambatan ekspor dengan tujuan Amerika Serikat, sedangkan negara lain masih memungkinkan.
Pemerintah juga berupaya menekan impor sebagai salah satu langkah mengurangi defisit transaksi berjalan. Terkait hal tersebut, Darmin mengatakan bahwa isu yang dibahas antara lain menyangkut pajak penghasilan (PPH) impor dan serapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Terkait TKDN, sektor yang dibahas terutama menyangkut proyek kelistrikan karena termasuk yang paling tinggi konten impornya. Konten impor untuk proyek jalan dan jembatan, menurut Darmin, tidak terlalu tinggi.
Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dolar AS, atau tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.
Sedangkan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa 4 September 2018 pagi stagnan di level Rp14.810 per dolar AS dan cenderung rentan terdepresiasi.