Rabu, 06 November 2019 06:59 UTC
Dari kiri ke kanan, Sri Hayati, Fitriana Putri Anggraini, Umi Rohmatun Nafikah, dan Siti menunjukkan penghargaan yang direbut di ajang Enviro Paper Competition 2019 di Universitas Diponegoro, Semarang. Foto Gayuh Satria.
JATIMNET.COM, Ponorogo – Dua siswi kelas XII SMAN 3 Ponorogo menciptakan edible coating atau plastik yang lazim digunakan untuk membungkus makanan. Bahkan plastik ciptaan keduanya diklaim ramah lingkungan dan bisa dimakan.
Keduanya adalah Fitriana Putri Anggraini (17) dan Umi Rohmatun Nafikah (17) yang menciptakan plastik dari bahan limbah kulit buah naga dan cangkang telur.
Fitriana kepada Jatimnet.com mengaku terinspirasi banyaknya sampah plastik yang sulit diurai. “Umumnya plastik bekas bungkus makanan. Dari situlah kami berpikir membuat penggantinya, bahkan bisa dimakan,” kata Fitriana, Rabu 6 November 2019.
Dalam kesempatan tersebut, Fitiriana mengklaim edible coating buatannya hanya butuh waktu 30 hari untuk diurai lingkungan. Waktu tersebut jauh lebih cepat dibanding sampah plastik konvensional yang butuh bertahun-tahun untuk terurai.
BACA JUGA: Terinspirasi Petani Desa, Siswa SMP di Ponorogo Ciptakan Robot Penjemur Gabah
Dalam pembuatan edible coating, lanjutnya, langkah awal mengeringkan kulit buah naga. Kemudian dihaluskan sampai lembut sehingga berbentuk seperti tepung. “Bahan yang sudah halus bisa disimpan dan dipakai saat dibutuhkan, karena buah naga tidak sepanjang musim berbuah,” Fitriana melanjutkan.
Penggunaan kulit buah naga, menurutnya bukan tanpa sebab. Buah naga memiliki kandungan polifenol yang menjadi senyawa alami pada tumbuhan. Selain itu, memiliki antibakteri saat digunakan sebagai bahan plastik. Sehingga makanan akan menjadi lebih awet secara alamiah.
“Dalam polifenol juga bisa menjadi antioksidan yang bermanfaat mencegah sel kanker berkembang dalam tubuh,” imbuhnya.
BISA DIMAKAN. Salah satu contoh produk edible coating yang diciptakan dua siswi kelas XII SMAN 3 Ponorogo. Foto: Gayuh Satria.
Dalam mengekstrak cangkang telur sampai menjadi serbuk tepung dilakukan beberapa langkah, seperti memasak dengan larutan NaOH selama 60 menit. Kemudian difiltrasi menggunakan aquades untuk menghilangkan kandungan NaOH.
Setelah itu kembali dipanaskan menggunakan HCl selama 60 menit dan dilanjutkan dengan filtrasi menggunakan aquades juga untuk menghilangkan kadungan dari HCl. Setelah dua langkah ini selesai, cangkang telur dikeringkan dan dihaluskan.
“Setelah kulit buah naga dan cangkang telur selesai diolah menjadi tepung atau serbuk, keduanya dimasukkan ke dalam wadah yang sudah berisi air dan dicampur gliserol dan dipanaskan,” terangnya.
BACA JUGA: Museum Milik Mbah Warno Koleksi 800 Bambu Berbentuk Unik
Fitiriana melanjutkan dalam merebus campuran tersebut harus terus diaduk supaya tidak menggumpal dan ditunggu sampai mendidih. Setelah itu campuran tersebut dapat dituang ke dalam loyang atau cetakan sesuai dengan ketebalan plastik yang diinginkan.
“200 mililiter campurannya dapat menjadi tiga lembar plastik ukuran 30 x 40 centimeter,” ujarnya.
Hasil karya keduanya membuahkan hasil dengan merebut juara satu tingkat nasional pada ajang Enviro Paper Competition 2019 di Universitas Diponegoro, Semarang.
Sementara itu guru pembimbing KIR SMA N 3 Ponorogo, Sri Hayati mengaku jika dalam hasil karya siswanya telah melalui beberapa proses uji coba. Pasalnya hal tersulit dalam pembuatan edible coating dari kulit buah naga adalah menentukan komposisi antara bubuk buah, cangkang telur, dan gliserol.
