Selasa, 24 September 2019 16:04 UTC
Sejumlah pekerja SKT menggelar aksi di Monkasel, Jalan Pemuda Surabaya, Selasa 24 September 2019. Foto: IST.
JATIMNET.COM, Surabaya – Sejumlah pelinting Sigaret Kretek Tangan (SKT) membagikan tanaman dan ecobag kepada masyarakat Surabaya. Aksi ini sebagai simbol terus turunnya preferensi perokok dewasa terhadap segmen SKT di Indonesia.
Siti Zulaikah (41) mengatakan pengalihan kegiatan produksi menjadi aksi sosial seperti ini bukanlah yang pertama kali. Sebelumnya, kegiatan serupa juga dilakukan di sejumlah kota dengan membuat aktivitas lain, seperti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja.
“Pabrik tempat kami bekerja adalah sawah dan ladang kami. Kalau terus-menerus berhenti beroperasi, bagaimana nasib kami?” ujar Zulaikah, dalam aksi di Monumen Kapal Selam, Jalan Pemuda Surabaya, Selasa 24 September 2019.
BACA JUGA: Gapero: Kenaikan Cukai Rokok Semestinya 10 Persen
Ibu tiga anak ini mengaku pelinting SKT khawatir jika pengalihan produksi akan terulang. Ia mengatakan, perekonomian keluarganya terganggu jika pabrik tempatnya bekerja berhenti produksi.
Penurunan segmen SKT tak terelakkan. Kondisi ini diperparah adanya persaingan rokok SKT dengan rokok mesin yang lebih murah. Saat ini cukup banyak rokok mesin yang lebih murah dibanding SKT.
Suriati (47) berharap pemerintah menaruh perhatian terhadap nasib ratusan ribu pekerja linting. Di mana mayoritas berlatar belakang pendidikan sekolah dasar dan didominasi ibu-ibu. Tidak mudah mendapatkan pekerjaan apabila terjadi PHK.
“Kami berharap pemerintah memperjuangkan nasib pelinting SKT,” kata Suriati.
BACA JUGA: Kemarau Panjang Berkah Petani Tembakau Blitar
Dia mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan menaikkan harga rokok mesin lebih mahal dibanding SKT. Salah satunya dengan memperlebar besaran tarif cukai SKT dengan rokok SKM atau SPM.
Sebelumnya, Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) meminta pemerintah mempercepat penggabungan batasan produksi sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM).
Ketua Harian Formasi Heri Susanto mengatakan, struktur tarif cukai hasil tembakau, untuk SKM dan SPM, masih memiliki celah yang dimanfaatkan beberapa pabrikan besar asing untuk menghindari pajak.
