PDI Perjuangan: Surabaya Bersatu, Eri Cahyadi-Armuji Kuat karena Gemblengan dan Kepungan

Ada Yang Terapkan Strategi Kolonial Devide Et Impera
Bruriy Susanto

Kamis, 19 November 2020 - 06:20

pdi-perjuangan-surabaya-bersatu-eri-cahyadi-armuji-kuat-karena-gemblengan-dan-kepungan

SATU TEKAD: Satu tekad bersatu menangkan Eri Cahyadi-Armuji di Pilkada Kota Surabaya, PDI Perjuangan tetap solidkan kader bersama elemen masyarakat berkampanye bergotong royong, Kamis 19 November 2020. Foto: Dokumen DPD PDI Perjuangan Jawa Timur

JATIMNET.COM, Surabaya - PDI Perjuangan terus mensolidkan dan menyatukan satu tekat untuk memenangkan Eri Cahyadi-Armuji. Terutama satu arah kemajuan Kota Surabaya sejak erah Bambang DH, dan Tri Rismaharini-Wisnu.

Untuk itu, DPD PDI Perjuangan Jawa Timur menyerahkan seluruh kadernya di Surabaya harus tetap solid bersama elemen masyarakat Kota Pahlawan. Sebab Eri Cahyadi mampu menunjukkan semua kualitas itu dalam debat kandidat Pilkada Kota Surabaya 2020. 

“Debat tadi malam menunjukkan kualifikasi kepemimpinan Eri-Armudji, berhadapan dengan Mahfud Arifin yang lebih kedepankan retorika, namun tidak memahami persoalan tata kota, investasi dan juga manajemen pemerintahan yang baik”, kata Djarot Syaiful Hidayat, mantan walikota Blitar, wakil gubernur dan Gubernur DKI, Kamis 19 November 2020.

Karena Mahfud Arifin kurang begitu paham pemerintahan yang baik, maka mengapa strategi yang dipakai adalah memecah belah, termasuk mendekati Seno, anak almarhum Pak Sutjipto. 

"MA telah melakukan politik devide et empire ala kolonialisme Belanda. Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu. Jadi rasanya kurang elok kalau tim MA menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya.” 

DPP Partai telah memecat Mat Mochtar karena perilakunya yang tidak terpuji. “Mat Mochtar telah dipecat. Kalau mengaku anggota Partai harus memiliki kesadaran berorganisasi. Eri Cahyadi-Armuji adalah calon yang diusung PDI Perjuangan. Saya tahu persis bagaimana sebelum mengambil keputusan Ibu Megawati melakukan kontemplasi.

Bahkan saat itu agar keputusan benar-benar sesuai harapan rakyat Surabaya, sebulan sebelum Eri-Armudji diumumkan, Ibu Mega tidak mau terima tamu, termasuk Bu Risma. Dengan demikian keputusan benar-benar jernih, tulus, untuk masa depan Kota Surabaya.

“Eri diputuskan sebagai calon karena kepemimpinannya. Eri adalah sosok muda, berprestasi di Surabaya. Dan sebagai seorang insinyur, mampu membuat perencanaan dan desain kemajuan bagi Surabaya untuk Indonesia dan dunia”, ujar Djarot. 

Atas dasar hal tersebut, Djarot Syaiful Hidayat meyakini, bahwa justru ketika Eri Cahyadi-Armuji dikepung, dan lawan memiliki begitu banyak logistik dan dana, Surabaya justru semakin bersatu. 

“Eri semakin kuat justru karena gemblengan dan kepungan. Apa yang terjadi justru membuktikan bagaimana masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman,  dan visioner,” katanya.

“Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti halnya ketika Sekutu mengepung Surabaya, perlawanan rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan semakin kuat," pungkas Djarot mengakhiri wawancara.

Baca Juga