Sabtu, 21 August 2021 03:40 UTC
Rini Yuli Astutik menunjukkan kerajinan tas terbuat dari daur ulang sampah
JATIMNET.COM, Situbondo – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak terhadap kelompok kelompok ibu-ibu pengrajin daur ulang sampah. Mereka yang semuanya nasabah bank sampah jaya pintu lima, di Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Panji, Situbondo, mengaku tak bisa membuat kerajinan bersama-sama sejak pemerintah menerapkan PPKM.
“Biasanya ibu-ibu disini mengerjakan kerajinan secara berkelompok. Sejak PPKM kami tak boleh berkerumun dan mengerjakan kerajinan di rumah masing-masing. Dampaknya kurang produktif berbeda saat mengerjakan bareng-bareng,” kata ketua bank sampah jaya pintu lima, Rini Yuli Astutik, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Bank sampah jaya pintu lima didirikan secara mandiri sejak 2017. Selain menjadi tempat menabung, bank sampah juga menjadi pusat industri kerajinan daur ulang sampah dan membatik. Produk daur ulang sampah seperti tas, piring, tempat minum, tikar, taplak meja dan fashion sudah laku terjual ke sejumlah kabupaten di luar daerah.
Untuk harga tas daur sampah bervariasi, mulai Rp. 70 ribu hingga 250. “Kami sudah menjual hasil kerajinan daur ulang ke Bondowoso, Bali dan beberapa Kabupaten lain di eks Karesidenan Besuki,” kata Rini.
Baca Juga: Di Balik TNI-Polri saat Pandemi Covid-19 Bertanam Sayur, Dibagikan Kepada Warga yang Isoman
Menurut Rini, ada tiga jenis kegiatan di bank sampah jaya pintu, yaitu menabung, barter dan sedekah. Dari 100 nasabah ada 60 orang menjadi nasabah aktif menabung setiap minggunya.
Sedangkan nasabah lainnya lebih banyak barter sampah organic dengan sembako maupun berdekah. Untuk nasabah yang menyedekahkan sampah hasilnya digunakan untuk kegiatan RT serta membeli bingkisan hari raya.
“Disini ada warung kelontongan. Jadi nasabah kami cukup bawa sampah organic sudah bisa dibarter dengan sembako maupun tabung gas elpiji dan token listrik,” ujarnya.
Dijelaskan, untuk anggota yang aktif menabung sampah, hasilnya dibagikan setiap tahun. Pendapatan menabung juga bervariasi tergantung dari banyaknya sampah yang ditabung. Tak kalah pentingnya, adanya bank sampah berdampak positif, selain membantu secara ekonomi, warga tak lagi membuang sampah sembarangan.
Baca Juga: Di Balik Kisah Disabilitas Mengais Rejeki di Tengah Pandemi
“Bagi kami sampah bukan masalah tapi berkah. Dengan sampah kami mendapatkan pemasukan tambahan karena ekonomi warga disini rata-rata menengah ke bawah. Anggota kami yang menabung bisa mendapatkan penghasilan 2 hingga 3 juta setahun,”terangnya.
Rini mengaku membuat satu tas dari sampah cukup mudah. Satu tas cukup mengumpulkan 40 sampah plastik. Sedangkan untuk tas terbuat dari bungkus kopi kemasan memerlukan 250 bungkus. Setelah bahan terkumpul, hanya butuh waktu sekitar 3 hari membuat kerajinan tas daur ulang sampah.
“Kalau bikinnya cepat. Yang lama mengumpulkan bahan yang sama, misalnya dari bungkus kopi, jadi motifnya harus sama dari bungkus kopi yang seperti itu semua,” terangnya
Lebih lanjut Rini mengatakan saat ini banyak kelompok ibu-ibu belajar kerajinan daur ulang sampah ke bank sampah jaya pintu lima. Rini mengaku kerap diundang menjadi narasumber.
“Alhamdulillah, bank sampah kami sudah pernah juara 1 tingkat Kelurahan dan juara III tingkat Kabupaten. Kami masih butuh berbenah karena bank sampah ini didirikan secara mandiri,” tuturnya.