Logo

Pasien Meninggal Covid-19 di Jatim Miliki Penyakit Bawaan

Reporter:,Editor:

Kamis, 02 April 2020 08:30 UTC

Pasien Meninggal Covid-19 di Jatim Miliki Penyakit Bawaan

Ilustrasi.

JATIMNET.COM, Surabaya - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur mencatat per Rabu 1 April 2020, sembilan pasien positif SARS CoV-2 atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dinyatakan meninggal. Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Jawa Timur dr Joni Wahyuadi menyebut, mereka yang meninggal ini mempunyai penyakit bawaan. 

Pada pasien postif yang dinyatakan meninggal per Rabu 01 April 2020, misalnya, Joni menyebut ada penyakit bawaan hipertensi dan diabetes. Data yang dirilis, satu kematian itu dirawat di Surabaya berusia 50 tahun. 

“Dia dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Penyakit penyertanya sama, hipertensi dan diabetes,” ujar Joni, Rabu 1 April 2020 malam.

BACA JUGA: Tangan Gratil di Tengah Wabah Covid-19

Hal yang sama juga terjadi pada kematian pasien dengan usia 65 tahun asal kota pahlawan. Sang pasien ini merupakan suspect tertua yang meninggal dunia. Penyakit penyertanya pun serupa, yakni hipertensi, diabetes, dan disertai distress napas.  “Kalau yang paling tua itu saya tahu betul kondisinya, karena kami yang menangani,” terangnya. 

Sempat mendapat penanganan pemasangan ventilator portabel, pasien bersangkutan akhirnya dirujuk ke RSUD dr Soetomo. Sehari dirawat di RS Rujukan utama Covid-19 itu, tim medis menyatakan meninggal.

“Gagal napas. Tapi keluarganya sudah sangat berterima kasih kepada kami. Karena kami terus mengabarkan kondisinya lewat telepon,” katanya.

BACA JUGA: Intervensi Covid-19, Warga Surabaya di Luar Negeri Supaya Tidak Pulang ke Tanah Air

Namun demikian, Joni mengungkapkan ada penyakit lainnya, selain hipertensi dan diabetes. Pada pasien termuda yang baru berusia 11 tahun, gadis itu terjangkit Covid-19 ketika sudah mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) stadium empat atau dalam kondisi yang juga sudah berat.

Karena itu, Joni mengakui, tidak semua pasien meninggal berusia lanjut. Ada yang lansia juga dinyatakan sembuh. Salah satunya seorang perempuan berusia 60 tahun, satu lagi pasien yang sudah berusia 76 tahun.  “Yang sembuh ini bisa jadi karena daya tahan tubuhnya tinggi, atau karena virus yang masuk tidak terlalu kuat,” kata Joni.