Logo

Pasca Puting Beliung, 21 Desa di Madiun Dilanda Banjir

Reporter:,Editor:

Jumat, 24 December 2021 14:20 UTC

Pasca Puting Beliung, 21 Desa di Madiun Dilanda Banjir

BENCANA. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) didampingi Bupati Madiun Ahmad Dawami Ragil Saputro (kanan) meninjau rumah warga di Desa Sidomulyo, Madiun, yang rusak diterjang puting beliung, Jumat, 17 Desember 2021. Foto: Nd.Nugroho

JATIMNET.COM, Madiun – Bencana hidrometeorologi kembali melanda Kabupaten Madiun. Setelah angin puting beliung memporak-porandakan 515 rumah sepekan lalu, kini giliran banjir menerjang permukiman yang dihuni 388 kepala keluarga. 

Ratusan warga yang terdampak banjir bertempat tinggal di 21 desa di wilayah Kecamatan Mejayan, Wonoasri, Wungu, dan Balerejo. Air dengan ketinggian antara 10 sentmeter hingga 1,5 meter menggenagi sejumlah rumah dan jalan, Kamis malam, 23 Desember 2021.

Banjir yang terjadi itu setelah hujan deras mengguyur seluruh wilayah Kabupaten Madiun sejak Kamis sore hingga malam. Kemudian, air dari sejumlah saluran dan kali meluap. Kondisi ini membuat sejumlah warga panik untuk menyelamatkan diri. 

BACA JUGA: Diterjang Angin Puting Beliung, Ratusan Rumah dan Mapolsek di Madiun Rusak

"Hingga dini hari, air sudah mulai surut. Jadi, tidak ada warga yang mengungsi," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun Mohammad Syahrowi, Jumat, 24 Desember 2021.

Pada Jumat pagi, sebagian warga terdampak mulai melakukan pembersihan lumpur yang sebelumnya terbawa banjir , seperti di Dusun Kedungdawung, Desa Wonorejo, Kecamatan Mejayan; Desa Mojorayung, Kecamatan Wungu; Desa Sendangrejo, Kecamatan Madiun. 

Namun, genangan air masih ada di beberapa lokasi hingga siang hari, seperti di wilayah Kecamatan Balerejo, di antaranya Desa Jerukgulung, Warurejo, Kedungjati, dan Balerejo. Syahrowi menuturkan kecamatan ini merupakan daerah paling parah lantaran dilalui Kali Jerohan, anakan Bengawan Madiun.

BACA JUGA: Tinjau Lokasi Bencana di Madiun, Gubernur Khofifah Serahkan Bantuan

Menurut Syahrowi, potensi bencana dampak dari cuaca ekstrem diprediksi masih terjadi beberapa waktu ke depan. Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan berlangsung Januari hingga Februari.

"Maka, perlu waspada, karena bencana angin kencang, tanah longsor, banjir masih berpotensi terjadi," ujar mantan Camat Dagangan ini.