Selasa, 26 November 2019 08:27 UTC
MANGKRAK. Kondisi Jalan Sulawesi yang masih dibiarkan mangkrak pasca penggusuran pedagang unggas sepekan lalu. Foto: Khoirotul Lathifiyah
JATIMNET.COM, Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah melakukan penggusuran Pasar Unggas di Pasar Keputran Utara, 14 November 2019 lalu.
Penggusuran tersebut akan digunakan untuk pelebaran Jalan Sulawesi oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP).
Dari pantauan Jatimnet.com, hingga kini di lokasi penggusuran masih sama seperti sepekan lalu, yakni masih ada limbah unggas, tanah, dan batu bata rusak. Padahal seharusnya pemkot sudah melakukan pengerukan dan pengurukan untuk segera dilakukan pengaspalan jalan.
BACA JUGA: Lebarkan Jalan Sulawesi, Pemkot Bakal Gusur Pedagang Pasar Keputren Selatan
Salah seorang satuan tugas (satgas) DPUBMP, Badri (40) menyampaikan pihaknya belum bisa memastikan penyelesaian pelebaran Jalan Sulawesi.
“Kalau kendaraannya ada ya cepet. Ini kendaraannya banyak tapi dibuat semua, ada yang rusak,” kata Badri saat diwawancarai di Pasar Keputran Jalan Sulawesi Surabaya, Selasa 26 November 2019.
Ia menyampaikan, pihaknya membawa satu unit truk di lokasi sejak pukul 08.00 WIB. Namun tidak ada alat berat untuk melakukan pengerukan tanah, sehingga terpaksa menganggur dan menunggu tersedianya alat berat.
BACA JUGA: Dishub Surabaya Berlakukan Jalan Sulawesi Jadi Dua Arah
Badri mengungkapkan jika alat berat selalu tersedia untuk pelebaran Jalan Sulawesi, awal Desember 2019 akan dapat digunakan.
“Apalagi kami harus mengeruk tanah setengah meter dan memindahkan ke Tambak Wedi, dan itu membutuhkan waktu cukup lama karena jauh,” kata dia.
Setelah pengerukan DPUBMP akan menguruk lahan, kata Badri, tanah tersebut diambil dari Tambaksari.
Sementara itu, Anggota Komisi C DPRD Surabaya Wiliam Wirakusuma menyayangkan pemkot belum merampungkan pelebaran Jalan Sulawesi pasca penggusuran sejak sepekan lalu.
BACA JUGA: Berbau, PD Pasar Atur Pembuangan Limbah Pedagang Unggas Keputran
“Kalau sudah digusur ya harus langsung dikerjakan, jika alat beratnya belum siap ya jangan digusur dulu,” kata Wiliam saat ditemui di Gedung DPRD Surabaya.
Menurutnya, tindakan penggusuran dan molornya pelaksanaan pelebaran jalan ini merugikan pedagang pasar.
“Ya kasihan pedagangnya. Apalagi pedagang dipindahkan ke tengah dan mendapatkan stan yang lebih kecil dari biasanya,” katanya.
Selain itu, Wiliam mengkhawatirkan jika tidak segera dikerjakan dan diawasi pemkot, akan ada bangunan liar.
Selanjutnya, ia mengimbau agar pemkot selalu mempersiapkan dengan matang proyek pelebaran jalan dari hasil penggusuran. Sehingga usai melakukan penggusuran alat berat tersedia, dan pelebaran jalan bisa rampung dalam seminggu.
