Selasa, 06 October 2020 07:20 UTC
PENGEMBANGAN: Layar konferensi internasional yang digelar Fakultas Pertanian Universitas Jember (Unej). Potensi pengembangan tanaman obat dan tanaman fungsional di tengah pandemi menjadi tema utama seminar. Foto: Humas Unej
JATIMNET.COM, Jember - Pandemi Covid-19 yang belum dipastikan kapan berakhir, semestinya menjadi momentum bagi pengembangan tanaman obat dan tanaman fungsional. Terlebih, Indonesia memiliki keanekaragaman potensi di bidang ini.
Pesan itu mengemuka dalam kegiatan bertajuk “The International Conference on Agricultureand Life Sciences (ICALS)” yang digelar oleh Fakultas Pertanian Universitas Jember pada Selasa 6 Oktober 2020.
“Indonesia memiliki banyak tanaman yang memiliki kandungan antioksidan, anti infeksi dan kaya vitamin C yang diperlukan tubuh untuk mendukung imunitas seperti kayu putih, wijen, virgin coconut oil dari kelapa serta tanaman rosella yang tinggi vitamin C,” ujar Syafaruddin, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Kementerian Pertanian RI yang menjadi pemateri kunci dalam konferensi yang digelar secara daring tersebut.
Saat ini, lanjut Syafaruddin, Puslitbangbun Kementan sedang giat meneliti berbagai tanaman yang berpotensi sebagai obat maupun penambah daya tahan tubuh dalam menghadapi Covid-19.
BACA JUGA: Tingkatkan Ketahanan Pangan, Mahasiswa Unusa Beri Penyuluhan Tanaman Hidroponik di Gresik
Penguatan imunitas ini sebagai upaya mencegah Covid-19 sembari tetap menjalankan prosedur 3M yang disarankan pemerintah, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Selain itu, Puslitbangpun juga sedang mengembangkan riset tanaman fungsional seperti seperti beras hitam dan beras merah; jagung jingga dan jagung pulut; bahkan ubi orange. Tanaman kopi dan coklat yang mengandung antioksidan juga diteliti.
“Tetapi juga harus ada edukasi kepada masyarakat agar lebih paham tentang pemanfaatan tanaman-tanaman tesebut. Seperti produk coklat, jika dikonsumsi dengan tepat maka baik bagi kesehatan hati, tapi bukan dengan mengkonsumsi produk coklat yang ada pasaran saat ini yang umumnya tinggi kandungan gula,” kata Syafaruddin.
Pengembangan riset ini dilakukan melalui berbagai pusat penelitian milik Puslitbangpun yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Upaya serupa juga dilakukan oleh pemerintah Jepang.
BACA JUGA: Gelar Veteran Mengajar via Virtual, Dinsos dan Dispendik Terus Tumbuhkan Semangat 45
Menurut Rika Terano, peneliti dari Tokyo Agriculture University, pandemi juga memukul sektor agrobisnis di negeri Matahari terbit tersebut. Sebab, pengembangan agrobisnis di Jepang tidak semata dari pertanian utama, tetapi juga wisata agro.
“Sejak adanya pandemi Covid-19, jumlah wistawan yang mengunjungi lahan-lahan pertanian anjlok hingga 90 persen,” papar Rika Terano.
Sejumlah langkah telah dilakukan pemerintah Jepang untuk menolong sektor pertanian. Mulai dari subsidi, mendorong bisnis via daring, kampanye wisata agro sesuai protokol kesehatan hingga promosi mengenai tanaman fungsional sebagai bahan makanan sehat.
BACA JUGA: Covid-19, Enam Juta Siswa di Jawa Timur Belajar Secara Daring
“Promosi tanaman fungsional sebagai bahan makanan sehat ini berdasarkan riset dimana kebiasaan konsumsi warga Jepang berubah di kala pandemi Covid-19 ini. Mereka jadi lebih cermat melihat kandungan gizi sebuah bahan makanan, mempraktekkan cara memasak sehat dan lebih suka memasak di rumah karena enggan makan di restoran atau warung sebab khawatir tertular Covid-19,” ujar pakar Agrobisnis ini.
Selain Rika dan Syafaruddin, konferensi hari pertama ICALS juga diisi oleh dua ahli pertanian Unej. Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unej, Achmad Subagio memaparkan tentang bagaimana industri pangan khususnya pengolahan singkong dalam era pandemi Covid-19.
Adapun Tri Agus Siswoyo, guru besar Fakultas Pertanian Unej berbicara tentang penelitiannya tentang pengembangan melinjo sebagai tanaman fungsional yang memiliki kandungan antioksidan tinggi. Kegiatan ICALS akan berlangsung selama tiga hari hingga tanggal 8 Oktober 2020.