Kamis, 03 January 2019 10:36 UTC
Ilustrasi es tebu
JATIMNET.COM. Surabaya – Tim Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyulap ampas tebu untuk mencegah bahaya mercuri. Hal tersebut didasari banyaknya tambang emas di Indonesia yang menggunakan logam merkuri dalam proses penambangannya.
"Padahal kita semua tahu bahwa merkuri sangat berbahaya jika terakumulasi dalam tubuh manusia," kata salah satu Tim Peneliti ITS Vicario Baroroh saat dihubungi melalui telepons selulernya, Kamis 3 Januari 2019.
Metode yang digunakan adalah metode biosorben, di mana bahan yang digunakan harus bahan yang memiliki pori-pori banyak agar dapat mengikat merkuri. Dalam hal ini, bahan yang sesuai dengan metode tersebut adalah ampas tebu.
"Pemilihan ampas tebu ini pun didasari oleh keberadaannya yang mudah dijumpai di masyarakat," tambahnya.
BACA JUGA:
Aplikasi Bank Sampah, Supaya Transaksi Sampah Lebih Mudah
Video Saat Bocah Arab Bertemu Pendonor Hati Dari AS
Selain itu, Roroh, sapaannya bersama dua rekannya itu memilih ampas tebu, kendati kandungan selulosanya (molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen) lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekam padi maupun jerami.
Roroh menjelaskan, setelah ampas tebu diaktivasi oleh larutan natrium hidroksida dan hidrogen klorida, hasil aktivasinya dilanjutkan dengan adsorpsi logam merkuri. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas adsorpsi dan isoterm, yaitu nilai perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap.
“Nah, selanjutnya kami memperoleh hasil bahwa zat padat yang semula berukuran besar menjadi lebih kecil dan selektif," tambahnya. Ukuran kecil inilah yang membantu meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap merkuri.
Dengan kandungan selulosa yang tinggi, lanjut Roroh, maka akan berdampak pula pada kapasitas adsorpsi merkuri yang tinggi.
Dalam prosesnya, peneliti melakukan adsorpsi (kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain) dapat berlangsung pada dinding pori atau terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel ampas tebu.
BACA JUGA: Mantan Buruh Pabrik Sulap Limbah Jadi Karya Seni
Sehingga proses tersebut dapat mengurangi kadar bahaya merkuri hingga 92 persen. Setelah kadar berkurang, merkuri masih dapat digunakan kembali untuk memurnikan emas. “Proses penggunaannya pun efektif hingga 100 kali permunian,” kata Roroh.
Melalui hasil inovasi tersebut, tim mahasiswa yang terdiri dari Vicario Baroroh, Irmariza Shafitri Caralin, dan Alvin Rahmad Widyanto dibimbing oleh Ir Endang Purwanti S MT ini telah berhasil meraih juara pertama di ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Cosmos di Universitas Diponegoro, beberapa waktu lalu.